Oleh: Khansa Mahira
Jakarta baru saja dilanda bencana banjir. Sejak malam pergantian tahun, hujan deras turun mengguyur Jakarta. Banjir tersebut menyebabkan banyak kerugian seperti kemacetan yang parah, timbulnya berbagai penyakit, rusaknya peralatan dan perabot rumah tangga serta fasilitas umum.
Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya banjir di Jakarta awal tahun 2020, yaitu:
1. Curah Hujan Tinggi
Berdasarkan pemantauan pengukuran curah hujan yang dilakukan oleh BMKG di beberapa tempat, curah hujan di Jakarta pada pergantian tahun 2020 tercatat sangat tinggi. Hasil pemantauan di Landasan Udara TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma (Jakarta Timur), curah hujan mencapai 377 milimeter (mm). Pemantauan di Taman Mini (Jakarta Pusat), curah hujan tercatat sebesar 335 mm dan hasil pemantauan terakhir di Jatiasih, Bekasi, curah hujan tercatat sebesar 259 mm.
Kemudian, BMKG juga mencatat pengukuran curah hujan di tahun-tahun sebelumnya yang tercatat relatif lebih rendah. Berikut ini catatan curah hujan dari tahun-tahun sebelumnya:
1996: 216 mm/hari
2002: 168 mm/hari
2007: 340mm/hari
2008: 250mm/hari
2013: 100mm/hari
2015: 277mm/hari
2016: 100-150 mm/hari
“BMKG menyebut kondisi curah hujan tahun baru kali ini sangat ekstrem dan melanda sebagian besar Jawa bagian Barat-Utara. Sehingga, hal ini menyebabkan banjir besar di sebagian wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung Barat, bahkan Cikampek dan Cipali”.
2. Sampah
Banjir terjadi bukan hanya karena faktor alam seperti curah hujan dan tutupan lahan tapi juga akibat dampak dari perilaku manusia dalam mengelola sampah. Kesadaran masyarakat Jakarta dalam menjaga kebersihan lingkungan terutama dalam hal membuang sampah memang masih sangat minim. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya sampah berserakan di pinggir jalan dan di sungai-sungai, enggannya sebagian warga ibu kota untuk membuang sampah pada tempatnya, dan masih adanya bangunan liar yang didirikan di bantaran sungai dan saluran air yang menunjukan masih kurangnya rasa kepedulian warga Jakarta terhadap lingkungan.
Beberapa masalah yang menyebabkan banyaknya sampah di Jakarta adalah sebagai berikut:
Kurangnya tempat sampah di tempat-tempat umum dan pembagian tempat sampah yang sesuai dengan sampah yang dibuang harus dibuat terpisah, mana yang organik dan mana tempat sampah untuk anorganik agar sampah mudah untuk diolah nantinya.
Kurangnya slogan-slogan yang menjelaskan mengenai manfaat lingkungan yang bersih dan larangan untuk membuang sampah.
Perilaku masyarakat yang kurang baik dalam membuang sampah. Hal itu sudah berada dalam alam bawah sadar mereka bahwa membuang sampah sembarangan bukan menjadi hal yang salah dan wajar untuk dilakukan.
Tempat kotor dan kumuh yang tidak segera dibersihkan akan membuat seseorang dengan sengaja membuang sampah sembarangan di tempat itu.
Solusi agar masalah sampah bisa teratasi adalah sebagai berikut:
Replace (mengganti) yaitu mengganti barang-barang yang tidak tahan lama dan bisa menghasilkan banyak sampah dengan bahan yang awet dan menghasilkan hanya sedikit sampah, misalnya gelas kaca. Untuk mengurangi sampah dan barang menjadi tahan lama, gelas kaca bisa kita ganti dengan gelas plastik yang tidak mudah pecah.
Reuse (memakai kembali) yaitu memanfaatkan kembali barang yang telah terpakai untuk membuat barang lain yang bermanfaat. Misalnya menjadi bahan untuk kerajinan tangan, dan mainan.
Reduce (mengurangi) yaitu dengan mengurangi pemakaian barang agar sampah yang dihasilkan akan berkurang juga.
Recycle (mendaur ulang) yaitu mengolah sampah menjadi barang baru yang bermanfaat
3. Kurangnya Media Resapan Air
Media resapan air hujan dapat terjadi secara alami ataupun buatan manusia. Media resapan alami dapat berupa lahan hutan, lahan berumput, lahan sawah, lahan pekarangan, dan lain sebagainya. Media resapan buatan dapat berupa sumur resapan air hujan (dangkal), sumur resapan air dalam, maupun genangan buatan seperti waduk, maupun situ buatan.
Beberapa daerah resapan alami telah rusak, contohnya dengan berkurangnya daerah rawa-rawa. Rawa di Muara Angke misalnya, membuat warga Kelurahan Koja, Tanjungpriok, selalu kebanjiran setiap air laut pasang. Padahal sebelum rawa-rawa itu berubah menjadi bangunan sebagai daerah pemukiman, warga setempat tak pernah mengalami kebanjiran. Berkurangnya rawa bukan saja menimbulkan banjir, tetapi juga mempermudah pengikisan tepian pantai oleh gempuran ombak.
Jadi, salah satu cara terbaik untuk mengatasi banjir yaitu dengan membuat resapan buatan. Resapan buatan bertujuan antara lain agar air tanah sebagai sumber daya kehidupan tetap terjaga, menghambat penurunan permukaan air tanah, dan mengurangi penurunan permukaan lahan. Berbagai metode pembuatan resapan buatan, yang efektif adalah dengan pembuatan daerah resapan air tanah seperti waduk ataupun situ. Dengan resapan air tanah yang dapat menampung volume air yang besar tentunya dapat mengurangi tingkat kekritisan cadangan air tanah sekaligus mengurangi risiko banjir.
Tulisan yang sangat membuka wawasan, terimakasih Khansa Mahira πππππ
Sangat menginspirasi…
Terimakasih Khansa, jangan pernah berhenti berkarya, terap semangat ….
Konten tulisannya up-to-date dengan kondisi yang terjadi dan sangat mengedukasi.
Sukses Khansa Mahira
Good solutions
Tulisan yang bagus, bisa dilaksanakan
Lebih dari sekedar cerita, argumennya sangat menarik
Bukan hanya sekedar cerita, argumennya menarik
Mantab Khansa Mahira…
Pengetahuan berupa karya literasi terkait Edukasi dan peduli lingkungan dari Milenials seperti Ananda Khansa sangat menggugah… Hal ini perlu lebih di giatkan baik melalui media sosial, media cetak…
Semoga menyadarkan kita semua… Lingkungan yang berubah akan berdampak pada kita sendiri..
Selamat Khansa…
Teruslah berbagi…
Untuk Indonesia yang lebih baik di Masa Depan…
Mantab Khansa Mahira…
Pengetahuan berupa karya literasi terkait Edukasi dan peduli lingkungan dari Milenials seperti Ananda Khansa sangat menggugah… Hal ini perlu lebih di giatkan baik melalui media sosial, media cetak…
Semoga menyadarkan kita semua… Lingkungan yang berubah akan berdampak pada kita sendiri.. Teruslah berbagi…
Untuk Indonesia yang lebih baik di Masa Depan…
Satu sudut pandang yang baik mengenai tulisan ini, berkaitan maslah banjir dan keruskan lahan. Jika dijadikan proposal penelitian tulisan ini sudah cukup baik, karena melihat dari pendekatan ekologi dimana permasalahn banjir jakarta bukan hanya aspek alamiah(siklus Hidrologi)/Anomali cuaca saja, tapi faktor lingkungan yang terdegradasi(rusak), menjadi salah satu faktor selain itu sampah juga di ulas sedemikian baik dalam tulisan ini.. Kalo dalam istilah Geografi pembahasan ini dikenal dengan prinsip korologi. Semangat dalam menulis salam literasi semoga bisa menyadarkan kita semua pentingnya menjaga lingkungan
tulisanya ilmiah dan enak dibaca, cocok dianalisa dengan pendekatan geografi
Kembangkan terus bakat menulismu dgn literasi akan menghantarkanmu menuju arah yg lebih keren
Alhamdulillah terima kasih atas dukungannya bapak ππ»
Terimakasih atas dukungan Bapak dan Ibu semuanya, Khansa sedang dalam proses belajar.. Semoga yang Khansa sampaikan dapat memberikan manfaat, aamiin..ππ»
Terimakasih Khansa Mahira, tetap semangat berbagi tulisan yaπ
Salam Literasiπ
Super sekali Khansa,
Bacaan ringan, tapi sarat akan ilmu pengetahuan.
Semoga tulisan ini akan semakin nenginspirasi siswa/i yg lain untuk racin menulis.
Sehingga semakin menggiatkan literasi di SMA N 112 Jakarta.
Wahhh baguss sekali membuat wawasan menjadi lebih luas