Cerita Tulisan

Sekolah Ramah Anak

Pagi itu di selatan Jakarta, nampak bus terparkir ditepian jalan, suara mesin dieselnya bernyanyi seperti memanggil seluruh peserta untuk menaiki bus tersebut.

Oh… perjalanan dengan sahabat-sahabat baru pun dimulai, setelah seluruh peserta mengisi energi dengan sarapan pagi, “bapak-ibu, kali ini kita akan mengunjungi SDN 02 Lebak Bulus”, ungkap Bapak Uji Hartono, salah satu panitia dari Kemendikbud.

Bapak-ibu peserta yang semuanya berprofesi sebagai pendidik mulai menaiki bus satu-persatu, ya..sepertinya bapak-bapak ini mulai duduk dibagian belakang dan ibu-ibu pun mulai mencari tempat yang nyaman untuk diduduki.

Perjalanan dimulai dengan sangat menyenangkan, banyak bapak-ibu yang mulai berbincang-bincang satu sama lainnya dengan bahasan yang sama, yaitu: ‘bagaimana kondisi sekolah masing-masing’.

Kecepatan bus mulai dikurangi, dan pelan-pelan bus menepi didekat pintu masuk Sekolah Dasar itu, betul saja rombongan peserta Bimtek(Bimbingan Teknis) inklusi telah sampai ke SDN 02 Lebak Bulus.

Kami pun langsung disambut oleh segenap Stakeholder SDN 02 Lebak Bulus, Kepala Sekolah yaitu Ibu Tris Maryati dan para guru menyambut kami dengan sangat ramah. mulailah musik khas minang begetar ditelinga kami, ternyata para peserta didik SDN 02 Lebak Bulus mulai menyajikan tarian khas Sumatera Barat, tarian tersebut nampak rancak banak dibawakan oleh para peserta didik.

Setelah tarian selesai salah satu guru mulai mengenalkan para penari, salah satunya adalah peserta didik yang berkebutuhan khusus, ohya caca nama panggilannya, caca adalah salah satu siswa berkebutuhan khusus yang sangat berprestasi di SDN 02 Lebak Bulus.

Kemudian kami menuju ke aula untuk mendengarkan wawasan tentang sekolah ramah anak yang disajikan dengan baik oleh bapak alam salah satu guru SDN 02 Lebak Bulus.

Ternyata SDN 02 Lebak Bulus sudah menjadi sekolah inklusi sejak tahun 1998, dimulai dengan dititipkannya beberapa anak berkebutuhan khusus dari SLB 01, yang letak sekolahnya hanya berjalarak 5 menit berjalan kaki dari SDN 02 Lebak Bulus.

Dengan Beberapa peserta didik tuna netra yang dititipkan untuk belajar di SDN 02 Lebak Bulus, mulailah perjalan sekolah ini menjadi sekolah inklusi yang ramah anak. Siswa-siswa tersebut sangat berprestasi, dan dalam perjalanan waktu, sekolah ini banyak menerima peserta didik yang berkebutuhan khusus lainnya.

Kami mulai mengunjungi kelas-kelas, terlihat penataan yang sangat baik dari kelas I sampai kelas VI, peserta didik dengan nyaman mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas masing-masing, mereka sangat terbiasa dengan sahabat-sahabat yang berkebutuhan khusus, betapa mulia sekali hati anak-anak disekolah ini mereka sedari kecil mendapatkan pendidikan empati tentang keinklusifan manusia. 

Perjalanan melalui kelas sudah kami lalui dengan ceria, disetiap kelas kami berinteraksi dengan berbagai macam model peserta didik, kami bertanya baik dengan guru kelas dan peserta didik lainnya tentang proses kegiatan belajar mengajar di sekolah ini, kami pun kembali menuju aula dan mulai berdiskusi dengan Ibu Dr.Imas Diana Aprilia, M.Pd dan Ibu Yani Mulyani sebagai narasumber kami dibidang perinklusian ini.

Diskusi ini dimulai dengan kehadiran Ibu Elanda Rostina sebagai GPK(Guru Pembimbing Khusus), Ibu Elanda mulai menjadi GPK sejak tahun 1995, beliau menjelaskan tentang sistem Sekolah Ramah Anak, dilanjutkan dengan penjelasan dari Ibu Dr.Imas Diana Aprilia, M.Pd setelah selesai menjelaskan, tanya jawab pun dimulai, Bapak Adi Adjma salah satu peserta bimtek mulai bertanya tentang sistem sekolah yang ramah anak ini bagaimana bisa diterapkan.

Ibu Dr.Imas Diana Aprilia, M.Pd Mulai menjelaskan tentang bagaimana sekolah ramah anak bisa diterapkan dengan paradigma baru, pengelolaan anak berkebutuhan khusus dapat menjamin anak berkebutuhan khusus untuk bersekolah di sekolah reguler, berbeda dengan paradigma lama yang menempatkan anak berkebutuhan khusus untuk bersekolah disekolah khusus atau bisa disebut juga dengan pendidikan segregasi 

Pendidikan segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/A (untuk anak tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C (untuk anak tunagrahita), SLB/D (untuk anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak tunalaras), dan lain-lain. Satuan pendidikan khusus (SLB) terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagai satuan pendidikan khusus, maka sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama sekali dari sistem pendidikan di sekolah reguler, baik kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, sampai pada sistem pembelajaran dan evaluasinya. Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan sosial anak kurang luas karena lingkungan pergaulan yang terbatas.”

Kunjungan di SDN 02 Lebak Bulus yang merupakan sekolah ramah anak ditutup dengan penampilan beberapa peserta didik berkebutuhan khusus, microphone itu berbunyi dengan indahnya, caca memulai melantunkan syair-syair nan cantik yang memanjakan telinga, kami semua menikmati bait demi bait lagu andaikan aku punya sayap yang dinyanyikan oleh caca, dilanjutkan dengan penampilan tarian yag dibawakan dengan sangat menarik hasil kolaborasi beberapa peserta didik.

Betapa indahnya kunjungan kami di SDN 02 Lebak Bulus sekolah yang sangat ramah anak dan kami belajar banyak pendidikan empati dari para peserta didik yang bersekolah disekolah ini, terimakasih Kemendikbud, terimakasih SDN 02 Lebak Bulus, dan Ibu Dr.Imas Diana Aprilia, M.Pd dan Ibu Yani Mulyani sebagai narasumber kami.

About the author

Bagus Arif Waluyo

Add Comment

Click here to post a comment