“Suara Sirine itu seperti bernyanyi dikepalaku”
Teringat masa lima puluh lima tahun silam, seorang anak lelaki berlatih perang-perangan dengan senjata kayu dan pelepah pisang, anak itu dengan polosnya mengikuti arahan para remaja. iya…masa itu merupakan salah satu masa “tergenting” direpublik ini.
Bunyi sirine itu menandakan bahwa masyarakat harus siaga, baik para lansia hingga anak-anak… iya masa itu terkenal dengan “tensi” tinggi antar dua negara yang masih bertetangga ini.
Selepas masa itu, terjadilah pergantian kepemimpinan diRepublik ini. “tensi” itupun mulai mereda. Anak lelaki yang saat itu sudah tujuh tahun usianya mulai bersekolah di Sekolah Rakyat, ia membawa Sabak (papan kecil untuk menulis), seragamnyapun masih seadanya, terkadang ia tak menggunakan alas kaki ketika berangkat menuju sekolah.
Kabut tebal itu datang dipagi hari, aroma kayu bakar mulai semerbak didalam rumah sederhana itu, “Shaleh..shaleh..kedapur sini, Mamak sudah merebus singkong buat sarapan, panggil abang dan kakakmu juga” iya mak, Shaleh kecilpun menjawabnya
“Oh..Masa kecil itu sangat menyenangkan, indah dan sederhana”
Ketika Beranjak remaja, ia selalu teringat tentang rusa itu, ia mengejarnya ketepian hutan diutara pulau Andalas ini. Betul, hobinya dikala remaja adalah berburu dihutan. Bersama rekan sejawatnya ia membawa bedil berkekuatan angin dengan pelor-pelor kecil. Mata remaja itu sangat tajam, ia tau kemana berlarinya rusa. Mungkin ia hafal dengan sudut-sudut hutan ini.
Masa SMAnya telah usai, berfikirlah ia untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dikota. “Mak, aku ingin melanjutkan kuliah dikota”, “iya nak Mamak sangat setuju, nanti mamak siapkan perbekalan untukmu” sahut Mamaknya. Dengan usaha yang maksimal siMamak sudah berjuang mengumpulkan perbekalan untuk putra kesayanganya itu”
“untuk Mamakku, dalam keterbatasanmu, engkau ingin aku melaju selangkah”
Kini ia pun sudah diterima dikampus terkenal dikota itu, ia Selalu teringat nasihat mamak tercintanya, untuk selalu jujur, disiplin, teguh dan Sholat lima waktu tentunya. untuk putra Andalas utara seperti dia, Orang Tua, terutama Mamak adalah yang paling utama baginya.
Teringat olehnya disaat ia berkuliah, temannya yang seorang anak pejabat itu naik sepeda motor CB, ohya pada dekade itu sepeda motor adalah barang yang mahal, mungkin hanya dimiliki anak orang kaya, atau pengusaha yang membuka jasa Bentor (Becak Motor).
Tanggal satu masih lima belas hari lamanya, namun perbekalan hanya tinggal sedikit saja. Berputarlah akal dikepalanya untuk mencari penghasilan tambahan, ia bertanya pada abang tingkatnya dikampus. “bang, ada kerjaan sampingan gak?”. “ada” sahut abang tingkatnya, “kau mau menarik Bentor itu?” sambil menunjuk bentor yang lalu-lalang dekat kampusnya. “iya tak apa-apa bang, yang penting kerjaan halal”. “Ohya besok kuajak kau ke pangkalan bentor itu”. “siap bang” ia pun menimpalinya.
Oh…BSA (merk sepeda motor besar buatan Inggris), Motor besar yang disamping kirinya dimodifikasi untuk kursi penumpang. motor itu menjadi saksi bisunya dalam mencari tambahan penghasilan.
Ketika kelas perkuliahan selesai, ia pun menyelah tuas motor dengan kaki kanannya,”brum…brum..brum..begitu bunyi knalpot BSA itu”, ia pun menaikinya, mungkin ia tak sadar bahwa ketika naik BSA itu perawakannya mirip “Arnold Schwarzenegger”, bintang film Hollywood yang terkenal itu.
Suatu saat ia berkenalan dengan seorang gadis, yang kelak menjadi pendamping hidupnya, gadis itupun selalu menyemangati perjuangannya, baik dikala senang maupun susah.
Selesai sudah masa “Studinya” ia pun mendapatkan gelar Sarjana Muda, dan ia juga berniat mempersunting gadis impiannya yang juga sudah mendapatkan gelar Sarjana, maka kedua pemuda-pemudi yang baru selesai studi itu melangsungkan pernikahannya.
Dalam adat dibumi andalas utara, istri pun harus ikut suaminya kemanapun ia pergi, dan minta izinlah dia kepada Mamaknya untuk Berhijrah kebelantara Ibukota, Mamaknya pun mengizinkan ia pergi merantau, “sehat-sehat selalu ya nak, jaga istrimu baik-baik”, “iya mak , dengan restumu aku berangkat ke ibukota”.
Di Ibukota kedua insan ini bersepakat untuk mengamalkan ilmunya menjadi guru, sang istripun menjadi guru olahraga di Sekolah Dasar, dan ia mencari peruntungan juga untuk mengajar PMP(Pendidikan Moral Pancasila) disekolah setingkat SMA. Alhamdulilah keduanyapun lulus Tes PNS, yang sekarang menjadi ASN(Aparatur Sipil Negara).
Iya, Pak Shaleh namanya, guru PKN yang sudah melegenda ini. nama lengkapnya Mahmud Shaleh Dongoran, beliau dan istri sudah menunaikan ibadah Haji, jadi sering dipanggil Pak Haji Shaleh, beliau dilahirkan pada saat ir.Soekarno presiden pertama republik Indonesia membacakan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Beliau Sangat senang dipanggil PASAL, mungkin supaya anak-anak SMA itu, ingat pasal-pasal dalam UUD45. ya minimal pasal 29, ingatkan? Buatnya ketertiban, kedisplinan, tanggung jawab, patriotisme, itulah sebagian nilai-nilai yang diajarkan pada para peserta didik.
“Peraturan-peraturan yang kita buat dan kita sepakati merupakan kendaraan bagi kita”
H.M.Shaleh Dongoran, S.Pd
Lebih dari tiga dasawarsa lamanya Pak Shaleh mengabdi sebagai guru, beliau sudah mengajar puluhan ribu murid-murid dinegeri init, tak lekang dimakan zaman, murid-murid itu sangat mengenalinya, bahkan saat jalan-jalan santai ada salah satu murid yang sudah sangat lama diajarnya masih mengenalnya, oh…berkah sekali perjalanan berbagi ilmunya.
Tak hanya mengajar saja yang beliau bisa. Dalam permainan catur, satu sekolahan pun tak bisa mengalahkannya, berbagai macam olahraga masih sanggup dilakoni, baik tenis, futsal, dan yang paling beliau sukai adalah bulutangkis, wah ini dia banyak anak-anak muda disekolah ini dengan mudah dikalahkan, hanya Pak Sigit guru kesenian berbadan kekar yang sanggup mengimbanginya.
Masih banyak lagi keahliannya, termasuk dibidang tarik suara, suara tiga itu selalu muncul ketika orang lain bernyanyi, apalagi didunia Setir-menyetir mobil, wah jangan ditanya, kita simak kutipan dibawah ini.
” Kemampuan Pak Shaleh dalam mengendalikan mobil, seperti pilot ALS(Antar Lintas Sumatra), gesit, cepat dan lincah”
Dodi Suprijanto, S.Kom
Pak Shaleh, sangat suka mengajak lawan bicaranya selalu berfikir kritis dalam hal apapun.
“Berbicara dengan Pak Shaleh mengasahku untuk selalu berfikir kritis”
Jhoni Triyanto, S.Kom
Banyak ide dan inspirasi yang beliau tanam, termasuk bagaimana peraturan ditegakkan, sistem-sistem yang dirancangnya untuk sekolah ini masih tetap dilanjutkan oleh penerusnya.
” Pak Shaleh merupakan seorang sahabat, motivator, dan guru yang selalu menginspirasi saya”
Drs. Eko Sukma Aji
Banyak perubahan dialami, dan banyak berkah didapatkannya, alhamdulilah, bang Taufik putra pertamanya sudah sukses dalam perkerjaan, dan memberikan dua cucu laki-laki yang sangat beliau sayang, Opung Sutan panggilannya ketika iya bermain dengan kedua cucu kesayangannya itu.
Setiap akhir pekan, beliau dan istri selalu mengunjungi cucu-cucu kesayangan itu, terkadang cucu-cucu itu
Menginap dirumah opung, oh..bahagia sekali hatinya.
Bahkan ketika asam lambungnya kumat diperjalanan pulang. saat beliau sampai dirumah dan membuka gerbang pintu sambil menahan sakit asam lambungnya, cucu-cucu itu berlarian menyambutnya.”aciik opung pulang..” sutan cucu pertamanya kegirangan menyambut opungnya pulang. Seketika itu pula rasa sakit asam lambungnya hilang.
“tidak ada obat yang ampuh selain bermain dengan cucu-cucu kesayanganku”
H.M.Shaleh Dongoran, S.Pd
Bang Rendi putra keduanya, menjadi pemain sepak bola terkenal direpublik ini, dan sudah banyak klub sepak bola terkenal yang dibelanya sebut saja, Persikota,Sriwijaya Fc, MitraKukar, bang Rendi, mewarisi bakat olahraga dari kedua orangtuanya.
Putra ketiganya yaitu bang Ghana saat ini sudah giat bekerja pula, hatinya sangat senang melihat putra kesayanganya itu giat bekerja, tak lupa Putri, anak bungsunya alhamdulilah kini telah diangkat menjadi ASN dikampung halamannya, “Teringat untuk Putri kesayangannya tercinta agar menjadi ASN yang amanah”.
Saat ini beliau tengah menikmati liburan bersama keluarga, sedikit melupakan beban dipundaknya, ikan bakar dan racikan sambal khas buatan istrinya menambah nikmatnya liburan ini.
Sedikit lagi masa Purnawirawan menanti eh….Masa Purnabakti maksudnya, selepas pengsiun tiba, beliau yakin akan tetap bekerja mengisi warna direpublik yang beliau cintai ini.
“Walaupun selesai mengabdi, dan saat ini menjadi pengsiunan ASN, Pak Shaleh akan tetap berkerja. hanya berganti saja pekerjaanya dari ASN menjadi AJC (Antar Jemput Cucu)”
Add Comment