Menyambut “tujuh puluh empat tahun” kemerdekaan Republik Indonesia

“Kemerdekaan ialah hak segala bangsa

Soekarno, Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir

Sudah tujuh puluh empat tahun silam, proklamasi dibulan agustus dibacakan oleh the founding father Indonesia Ir.Soekarno didampingi oleh Drs.Mohamad Hatta, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945.

Hari ini bertepatan dengan peringatan ke-74 tahun berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan bangga kami keluarga besar SMAN 112 Jakarta, mengikuti kegiatan upacara bendera dilapangan sekolah.

Paskibra

Pagi ini anggota paskibra SMAN 112 Jakarta berbaris teratur, formasi paskibra telah disusun secara sistematis, menggunakan formasi yang tersusun di dua sisi lapangan, tim paduan suara juga telah bersiap diselasar koridor, petugas upacara telah siap dengan segala atribut yang sangat lengkap.

Protokoler
Pemimpin upacara

Pemimpin upacara memasuki lapangan dengan langkah tegas, suara nyaring komandan upacara telah menyiapkan seluruh peserta upacara, hari ini Bapak Drs.Mukhlis kepala SMAN 112 Jakarta bertindak sebagai pembina upacara.

Drs.Mukhlis Kepala SMAN 112 Jakarta

Upacara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia dimulai dengan khidmat, tim paskibra mulai melangkah ketika protokoler membacakan persiapan pengibaran sang saka merah-putih, langkah teratur dari kedua sisi lapangan dibawakan dengan apik oleh seluruh anggota paskibra, sang saka merah-putih mulai dibentangkan, salah satu anggota paskibra berkata, “bendera siap”.

Dengan diiringi lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan tim paduan suara, sang saka merah-putih mulai dinaikan ketempat tertinggi, seluruh peserta upacara menghormat kepada bendera merah-putih, selesai bendera dikibarkan, tim paskibra mulai membentuk formasi untuk kembali ketempatnya di dua sisi lapangan.

“Marilah kita mengenang akan jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Republik Indonesia mengheningkan cipta mulai…”

Drs.Mukhlis

Mengheningkan cipta telah dimulai, lagu yang syahdu mulai bergema dengan iringan dari paduan suara, segenap peserta upacara mulai menundukan kepala.

Paduan Suara

Setelah mendengarkan lagu mengheningkan cipta karya Truno Prawit, dibacakanlah naskah proklamasi oleh Drs.Eko Sukma Aji, dengan lantang teks proklamasi itu dibacakan hingga selesai, dilanjutkan pembacaan undang-undang dasar 1945 oleh petugas, protokoler mulai membacakan tata cara selanjutnya yaitu amanat pembina upacara.

Drs.Eko Sukma Aji membacakan Naskah Proklamasi

Drs.Mukhlis mulai menyampaikan amanat dari Menteri Pendidikan Bapak Prof.Muhajir Effendi dan dilanjutkan amanat dari Gubernur DKI Jakarta Bapak Anies Baswedan,P.h.D, Amanat yang disampaikan syarat dengan  makna perjuangan dan kita sebagai generasi penerus harus mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya dan memberikan manfaat  bagi nusa dan bangsa.

Drs.Mukhlis membacakan amanat

Amanat dari Bapak Mentri Pendidikan dan Bapak Gubernur DKI Jakarta telah disampaikan dengan baik oleh Bapak Kepala SMAN 112 Jakarta Drs.Mukhlis, kemudian alunan lagu Hari Merdeka ciptaan Husein Mutahar dinyanyikan oleh seluruh peserta upacara, lagu ini dinyanyikan dengan penuh semangat.

Pengumuman-pengumuman mulai dibacakan oleh protokoler upacara, bertepatan dengan moment hari kemerdekaan Indonesia ke-74. SMAN 112 Jakarta meng”apresiasi” bapak-ibu guru yang berprestasi dibidang akademik, khususnya tentang perjuangan bapak-ibu guru dalam mendidik para siswa-siswi sehingga memperoleh peningkatan hasil ujian nasional.

Dipanggilah guru yang mengajar Bahasa Indonesia, Ibu Edelisma, Pak Djamal dan Ibu Mamiek alhamdulilah berkat perjuangan ketiganya nilai UN Bahasa Indonesia memperoleh kenaikan nilai dari tahun sebelumnya.

Ibu Edelisma, Pak Djamal dan Ibu Mamiek

Kemudian Protokoler memanggil tim guru Fisika, Ibu Yayah, Ibu Siti Maryati, Ibu Ernita dan Pak Guntur menuju tengah lapangan guna mendapatkan penghargaan  karena tim guru Fisika berhasil membina siswa-siswi untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Pak Guntur, Ibu Ernita, Ibu Siti Maryati, Pak Mukhlis dan Ibu Yayah

Lanjut dengan dipanggilnya tim guru Ekonomi, Ibu Linda, Ibu Dewi dan Pak Adi, ketiganya melangkah dengan senyuman yang menawan ketengah lapangan, rupanya nilai Ekonomi tahun ini berhasil naik.

Ibu Linda, Pak Adi dan Ibu Dewi

Tak kalah semaraknya para siswa bertepuk tangan dengan sangat meriah ketika protokoler memanggil tim guru Bahasa Inggis, Mam Adri, Mam Satya dan Mam Dewi, trio srikandi dalam khazanah perBahasa Inggrisan disekolah ini mulai berjalan ketengah lapangan, dengan kesibukan Mam Adri sebagai wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana, Mam Satya yang menjadi wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan Mam Dewi sebagai walikelas, ketiga srikandi Bahasa Inggris ini dapat bersinergi dalam pelayanan pembelajaran, sehingga mata pelajaran Bahasa Inggris mengalami kenaikan nilai, Alhamdulilah.

Mam Adri, Mam Satya dan Mam Dewi

Peranan guru BK (Bimbingan Konseling) sangat signifikan dalam  kenaikan  nilai berbagai macam mata pelajaran, maka dipanggilah para konselor ini ketengah lapangan, Ibu Yeni, Ibu Aminah, Ibu Hulaifah, Ibu Corry dan Ibu Dyah, kelima Ibu guru cantik ini mulai merapat ketengah lapangan untuk menerima penghargaan.

Ibu Corry, Ibu Dyah, Ibu Hulaifaih, Ibu Aminah dan Ibu Yeni

Dan suara protokoler itu memanggil tim guru matematika, Ibu Nuriyah, Ibu Dewi Agustini, Ibu Ika, Ibu Dwi dan Pak Nanang,  wah tim guru matematika ini dengan seluruh kekompakannya berhasil mendidik anak-anak dalam bidang matematika, sehingga nilai Ujian Nasional matematika mendapatkan kenaikan nilai yang signifikan, wah kira-kira rahasianya apa ya? Ibu Dewi Agustini, Ibu Nuriyah dan Ibu Ika dengan kompak menjawabnya, karena proses pembelajaran matematika dari kelas 10 sampai kelas 12 berlangsung dengan efektif, proses drill siswa dikelas 12 dilaksanakan dengan berbagai metode, salah satunya dengan menggunakan metode latihan ujian nasional dengan mengambil soal-soal dari tahun sebelumnya, dan kedepannya, tim guru matematika optimis dengan proses pembelajaran matematika, akan mampu meningkatkan prestasi yang lebih baik lagi, sahut Ibu Nuriyah dan Ibu Dewi kompak dengan senyum bahagia.

Ibu Dwi, Ibu Nuriyah, Pak Nanang, Ibu Dewi Agustini dan Ibu Ika

Bapak Drs.Mukhlis sebagai kepala sekolah mulai memberikan penghargaan dan apresiasi kepada seluruh bapak-ibu guru yang berhasil meningkatkan proses pembelajaran yang baik, tak lupa Pak Mukhlis berpesan kepada bapak-ibu guru agar terus meningkatkan semangat belajar dan membina para siswa-siswi agar mendapatkan target yang baik.

Pak Mukhlis didamping Pak Eko memberikan penghargaan

Kakak-kakak alumni Paskibra SMAN 112 Jakarta juga mendapatkan penghargaan dari sekolah, terimakasih kakak-kakak alumni paskibra, semoga bisa terus memotivasi adik-adik yang sedang giat latihan baris-berbaris

Drs.Mukhlis memberikan penghargaan pada alumi paskibra

Upacara Hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74 diselesaikan dengan lantunan doa, setelah berdoa seluruh keluarga besar SMAN 112 Jakarta berfoto bersama, tak kalah menghebohkan Pak Wahyu guru yang paling jenaka disekolah ini menjentikan jarinya membentuk lambang  hati.

Potongan tumpeng menandakan bahwa peringatan kemerdekaan Republik Indonesia telah berlangsung dengan baik, disela-sela kemerdekan yang ke-74 ini alangkah baiknya kita sebagai penerus bangsa untuk selalu berkarya guna mengisi kemerdekaan.

Merdeka!

“Kemerdekaan nasional bukanlah pencapaian akhir, tapi rakyat bebas berkarya adalah pencapain puncaknya”

Sutan Syahrir




Lomba dibulan Agustus dengan “Semangat Juang 45”

Jam Sepuluh pagi yang ditunggu anak-anak”

Bell istirahat baru selesai berkumandang, namun speaker pengumuman telah terdengar, suara merdu itu mengumumkan pemberitahuan dimulainya acara lomba dalam rangka peringatan HUT Republik Indonesia yang ke-74, rupanya Ibu Yeni guru BK yang menyuarakan pengumuman itu, pantas saja pengumuman itu begitu merdu ditelinga, suara Ibu Yeni bak penyiar radio yang memanjakan telinga.

Senam Poco-poco

Nampaknya bapak-ibu guru dan karyawan beserta anak-anak sudah selesai senam, senam masal itu dikomandoi oleh Pak Darta guru Penjaskes merangkap KSPP(Kepala Senam Poco-Poco), seusai senam para peserta lomba beristirahat sejenak ditepian lapangan sambil berfotoria ditemani alunan musik yang disetel oleh anak OSIS/MPK, duh..meriah sekali pagi ini.

Anak-anak berjaket merah mulai menyiapkan perlengkapan. ditengah lapangan terlihat nadira dan bintang berduet MC, tak lupa Adzani siswa kelas 11 ini dengan sibuknya menyiapkan tambang yang cukup tebal dan panjang, ember-ember yang berisi air sudah menghuni pojok-pojok lapangan,tak lupa karung goni beserta helm ala Valentino Rossi sudah tersedia demi balap karung rasa motogp.

OSIS/MPK SMAN 112 JAKARTA

Perlombaan balap karung akan dimulai, para pembalap karung goni ini mulai bersiap, aduh..duh..duh..ada yang bermiring-miring ria, lah..lah..lah lucu sekali para pembalap karung goni ini😁.

Pembalap Karung Goni mulai beraksi

Pertandingan tarik tambang antar kelas dimulai, terlihat anak-anak SMA yang mulai kekar ditugasi menjadi perwakilan kelas untuk menarik tali tambang yang besar itu, wah..ternyata sebelum dimulainya tarik tambang, ada aturan khusus dimana para pesera tim tarik tambang merebahkan badan menunggu hitungan Wasit.

Pria-pria “kekar” penarik tambang

Satu…dua…tiga… peserta tarik tambang mulai berlarian mencari posisi terbaik guna memenangkan pertandingan, sorak-sorai penonton menambah suasana yang meriah diperlombaan tarik tambang.

Tak luput beberapa anak dikelas masing-masing mendekorasi kelasnya dengan nuansa kemerdekaan, bendera-bendera merah-putih menghiasi langit-langit kelas, balon berwarna emas kian menambah nuansa kelas menjadi sangat artistic, hiasan-hiasan dinding yang dibuat oleh putri-putri dikelas kian menambah semaraknya dekorasi ruang kelas.

Adzan Dzuhur mulai bergema, beristirahatlah anak-anak, para guru dan karyawan dan tak lupa menunaikan ibadah Sholat Dzuhur, setelah selesai ishoma, dimulaah kembali pertandingan tarik tambang dan dilanjutkan dengan pertandingan kelompok mencari bola diember yang penuh air.

Lomba atau main air?

Suara microphone kian menyemarakkan perlombaan ini, pak bagus..pak bagus..begitu panggilan mic itu bersuara, nampaknya pak bagus tidak bisa mengikuti pertandingan bermain bola air, karena papinya anak-anak kelas 10 MIPA 4 ini sedang bertemu dengan salah satu orang tua murid. Maafin papi ya nak..hahaha😁.

Wah usai sudah perlombaan dalam rangka HUT Republik Indonesia yang ke-74, perlombaan yang sederhana namun syarat makna ini dengan meriah disajikan di SMAN 112 Jakarta, semoga dengan perlombaan ini kita selalu mengingat jasa-jasa pahlawan dalam merebut kemerdekaan.

Merdeka!

“Kemerdekaan nasional bukanlah pencapaian akhir tapi rakyat bebas berkarya adalah pencaian puncaknya”

Sutan Syahrir

kenapa IBU KOTA NEGARA PINDAH?

kenapa IBU KOTA NEGARA PINDAH?

Dalam Persepektif Aspek Bencana Alam

Oleh : Bintar Permana, S.Pd.M.Si

sumber: Gunawan Kartapranata

Sebuah usulan pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke lokasi lainnya telah didiskusikan sejak kepresidenan Soekarno, dan juga selama masa kolonial Belanda. Kenyataannya pada awal Abad ke-20 ada upaya oleh Pemerintahan Hindia Belanda untuk mengubah lokasi ibu kota dari Batavia (nama Jakarta sebelumnya) ke Bandung, walaupun gagal karena Depresi Besar dan Perang Dunia II.

Pada 2010, perdebatan berlanjut tentang pembentukan ibu kota baru yang akan dipisah dari pusat ekonomi dan komersial negara. Presiden Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono mendukung ide untuk membuat pusat politik dan administrasi Indonesia yang baru, karena masalah lingkungan dan overpopulasi Jakarta

Pulau reklamasi baru di Teluk Jakarta, Jakarta Utara. Rencana ini sebenarnya tidak memindahkan ibu kota negara dari Jakarta, tetapi hanya menambahkan lahan di utara Jakarta dengan cara mereklamasi laut di Teluk Jakarta dan menciptakan pulau baru. Pada 2013, Joko Widodo, kala itu menjabat sebagai gubernur Jakarta, pernah mengusulkan untuk memindahkan pusat pemerintahan negara ke pulau baru hasil reklamasi yang direncanakan akan dibangun di teluk Jakarta. Rencana ini sejalan dengan wacana National Capital Integrated Coastal Development (Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara); pusat pemerintahan akan ditempatkan di pulau reklamasi berbentuk seperti burung Garuda

Kemudian dibawah kepemimpinan presiden Joko widodo (Jokowi) wancana tersebut mulai dibicarakan serius dan kemungkinan besar akan direalisasikan, tidak lama kemuadian keputusan pemindahan pun mencuat yaitu pemindahan ibu kota Jakarta ke Kalimantan

Ada beberapa negara yang sudah melakukan pemindahan ibu kota negara dan sistem perpindahannya seperti :

  • Brasil memindahkan ibu kotanya dari Rio de Janeiro ke Brasilia
  • Pisahkan pusat administratif dan Jakarta masih ditetapkan sebagai ibu kota resmi, seperti Malaysia memindahkan pusat pemerintahan federal administratifnya ke Putrajaya
  • Jakarta masih tetap sebagai ibu kota dan pusat administrasi, sebagaimana Tokyo yang tetap menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi Jepang.

Pemindahan Ibu Kota merupakan fenomena umum yang telah dilaksanakan oleh banyak negara

Dalam 100 tahun, lebih dari 30 negara sukses memindahkan Ibu Kota. Contoh:

  • Brazil (Brasilia)
  • Malaysia (Putrajaya)
  • Korea Selatan (Sejong)
  • Kazakhstan (Astana)
  • Australia (Canberra)

30 negara sedang merencanakan utk memindahkan Ibu Kota, bahkan beberapa negara sudah memasuki tahap pembangunan , contoh:

  • Mesir
  • Iran
  • Liberia

Sejarah mencatat, setiap 3-4 tahun terjadi pemindahan Ibu Kota. Bahkan akhir-akhir ini, berlangsung hampir setiap 2 tahun sekali

Hal-hal diatas menjadi perbincangan menarik dari aspek Geografi dan kebencanaan untuk itu artikel ini akan membahas permasalahan diatas dari sudut pandang tersebut.

UNTUK  MENJAWAB PERTANYAAN KITA AKAN GUNAKAN PENDEKATAN 5W+1H DALAM ILMU GEOGRAFI

  • Pertanyaan What (apa), untuk mengetahui jenis fenomena alam yang terjadi.
  • Pertanyaan When (kapan), untuk mengetahui waktu terjadinya fenomena alam.
  • Pertanyaan Where (di mana), untuk mengetahui tempat fenomena alam berlangsung.
  • Pertanyaan Why (mengapa), untuk mengetahui penyebab terjadinya fenomena alam.
  • Pertanyaan Who (siapa), untuk mengetahui subjek atau pelaku yang menyebabkan terjadinya fenomena alam.
  • Pertanyaan How (bagaimana), untuk mengetahui proses terjadinya fenomena alam.

Mari kita bahas satu persatu

What (Apa)

Belum lama ini banyak sekali perbincangan mengenai pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia dan bahkan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, untuk daerah yang akan menjadi ibu kota baru sudah ditetapkan yakni Kalimantan. Namun untuk kepastian kotanya akan segera diumumkan oleh Presiden Joko Widodo.

“Sudah (ada kotanya) mudah-mudahan dalam waktu dekat atau tidak terlalu lama Presiden Jokowi umumkan lokasi,” ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Bappenas, Jakarta, Rabu (10/7/2019). Untuk menjelaskan mesalah yang terjadi mungkin jawabannya sangatlah sederhana yaitu apa masalahnya “ Ibu Kota Pindah”

When(Kapan)

Upaya pemindahan Ibu Kota sudah dipastikan tapi Kapan, dilansir dalam sebuah surat kabar bahwa informasi mengenai hal ini belum bisa dijawab pasti, tapi pemindahan ibu kota tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat karena pemindahan ibu kota bisa berarti pemindahan ibu kota dalam arti adminitrasi atau ibu kota negara selain itu pemindahan ibu kota membutuhkan dana yang sangat besar.

Where (Dimana)

Kemungkinan besar adalah kalimantan tapi sebelumnya ada beberapa wilayah yang menjadi pertimbangan yaitu

  1. Taman Hutan Raya Bukit Soeharto Kalimantan Timur. Rencana pemindahan ibu kota Indonesia ke Bukit Soeharto tak lepas dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke bukit ini pada 7 Mei 2019
  2. Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Sejak ditetapkan sebagai ibu kota Kalimantan Tengah pada 1957, disebut-sebut bahwa presiden pertama Indonesia, Soekarno, merencanakan untuk mengembangkan dan membangun Palangkaraya sebagai ibu kota masa depan Indonesia. Palangkaraya jauh lebih luas daripada Jakarta dan tidak seperti kota-kota di pulau Jawa, Palangkaraya relatif aman dari gempa bumi dan letusan gunung berapi Pada tahun 2017, Presiden RI ketujuh, Joko Widodo kembali mengusulkan pemindahan ibu kota ke kota ini
  3. Kota Merdeka, Kalimantan Tengah. Kota rencana ini adalah kota buatan baru yang terletak di sebelah utara Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah
  4. Banjarmasin atau daerah di Kalimantan Selatan agak ke timur yaitu Tanah Bumbu dan Kotabaru. Dibandingkan Palangkaraya, Banjarmasin terletak lebih ke tengah negara, dan memiliki akses lebih baik ke pesisir Laut Jawa dan tidak jauh dari Selat Makassar serta memiliki infrastruktur yang lebih baik.
  5. Pontianak, Kalimantan Barat. Terletak tepat di khatulistiwa dan berlokasi strategis di tepi Selat Karimata dan Laut Natuna Utara, serta dalam kawasan yang sama dengan ibu kota ASEAN lain seperti Singapura, Kuala Lumpur, dan Bandar Seri Begawan. Meskipun berlokasi strategis, lokasi ini dikritik terlalu dekat dengan perbatasan Malaysia di Sarawak, dan dekat kawasan konflik sengketa Laut Natuna Utara.
  6. Balikpapan atau Samarinda, Kalimantan timur. Lokasi yang diusulkan menjadi ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur adalah kawasan di antara kota Balikpapan dan Samarinda. Menurut Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek Ishak, Kalimantan Timur memenuhi dan memiliki semua persyaratan untuk menjadi ibu kota baru Indonesia. Kawasan ini terletak tepat di tengah-tengah Indonesia, tepat di tepian Selat Makassar yang menjadi di Alur Laut Kepulauan Indonesia II yang menghubungkan Indonesia dengan Filipina, Tiongkok, Jepang, dan Australia. Selain itu sebagai provinsi kaya sumber daya alam, terutama minyak dan gas bumi, Kalimantan Timur memiliki modal untuk membangun infrastruktur yang unggul.
  7. Palembang, Sumatra Selatan. Kota bersejarah bekas ibu kota kemaharajaan Sriwijaya ini memiliki makna simbolis historis; kembalinya kejayaan bahari masa lampau Nusantara. Keunggulannya antara lain berlokasi di kawasan yang strategis, dekat dengan ibu kota negara ASEAN lain seperti Singapura dan Kuala Lumpur
  8. Mamuju, Sulawesi Barat. Wapres Jusuf Kalla mengusulkan kota ini menjadi ibu kota karena letaknya berada di tengah tengah Indonesia. Kota ini terbilang strategis karena kota ini terletak di tengah tengah Indonesia, di ujung barat pulau Sulawesi, dan tepat di tepian Selat Makassar
  9. Lampung juga mengajukan diri untuk menjadi Ibu Kota Negara. Lokasi yang strategis diujung sumatera menjadi alasan utama pengajuan Provinsi Lampung sebagai pengganti DKI Jakarta. Hasil kajian ilmiah 34 narasumber pada FGD Emersia 15 Agustus dan FGD ITERA 3 Oktober 2017 yang telah diserahkan langsung melalui tangan inisiator Panja FGD DKI Lampung Andi Desfiandi ke Menteri Bambang

Why (Mengapa)

Sumber: Katalog Pusat Studi Gempa Bumi Nasional (PusGen), 2016

Karena Meningkatnya beban Jakarta:

Penurunan daya dukung lingkungan dan kerugian ekonomi

  1. Rawan banjir
  2. Tanah turun dan muka air laut naik
  3. Kualitas air sungai 96% tercemar berat
  4. Kemacetan tinggi dan sistem pengelolaan transportasi sangat buruk
  5. Kerugian ekonomi akibat kemacetan mencapai Rp 56 triliun per tahun (PUSTRAL-UGM 2013)

Who (Siapa)

Pemerintah Pusat pastinya,

How (Bagaimana)

Pemerintah berencana menggunakan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) dalam memuluskan rencana pemindahan ibu kota. Jika berhasil, Indonesia bisa menjadi negara pertama yang menerapkan skema tersebut dalam sejarah pemindahan ibu kota suatu negara.

Penutup

Akhir kata seperti itulah kira-kira Ibu Kota akan pindah apakah pidah secara keseluruhan baik Administrasi (Pemerintahan) atau Ekonomi bisnis dan Jasa. Jika hanya administrasinya yang pindah dan Jakarta masih tetap sebagai Pusat Ekonomi dan Bisnis akan diulas lebih dalam lagi dalam artikel saya bagian ke-2 ya, Tapi sebelum itu mari kita kurangi polusi dan jaga Ibu Kota dari sampah plastik yuk. Thank You

Wasalamuallikum. Wr,Wb

Salam Pramuka dihari jadinya yang ke “lima puluh delapan”

“Salam Pramuka”, salam…para siswa dengan semarak menyambut salam pramuka dengan tangan kanan yang mengadah kebahu'”

Pagi ini upacara memperingati hari pramuka yang ke-58 dilaksanakan dengan cahaya mentari pagi yang bersinar terang, barisan berseragam coklat sudah tertata rapih ditengah lapangan, para bapak-ibu guru yang hari ini dipanggil kakak sudah berseragam pramuka lengkap dengan atributnya berbaris tegap diselasar koridor.

Hari ini Bapak Drs. Mukhlis Kepala Sekolah SMAN 112 Jakarta, Bertindak sebagai Pembina upacara, para petugas upacara peringatan ulang tahun Pramuka ini secara khusus dari seluruh anggota Grapadulas (gerakan pramuka seratus dua belas).

Komandan upacara berlari khas Pramuka menuju ketengah lapangan, “lapor upacara peringatan hari jadi pramuka ke-58 siap dilaksanakan”… “Laksanakan”, jawab Pak Mukhlis.

Pengibar bendera dengan sigap membawa sang saka merah putih, dengan langkah tegap, tiga srikandi Grapadulas mulai mengibarkan bendera, seluruh peserta upacara dengan khidmat melihat dan hormat kepada bendera merah putih yang dikibarkan disertai lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan kelompok paduan suara Grapadulas.

Ketiga adik bantara itu berlari dengan rata-rata air ketengah lapangan, usai laporan kepada pembina upacara, ketiga adik bantara itu mulai mulai melafalkan UUD 45, Pancasila dan Dasa Dharma Pramuka, luar biasa ternyata ketiganya hafal dan melafalkan setiap bait UUD 45, Pancasila dan Dasa Dharma Pramuka dengan lantang.

Pak Muklis mulai membacakan pesan-pesan tentang kepramukaan dihari ulang tahun Pramuka ke-58, seluruh peserta upacara menyimak dengan seksama pesan-pesan yang disampaikan Pak Muklis yang hari ini bertindak sebagai pembina upacara peringatan hari pramuka.

Setelah menyampaikan pesan-pesan tentang kepramukaan, Peringatan ulang tahun Pramuka ke-58 ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Kak Muklis dan potongan tumpeng pertama diberikan kepada Kak Eko Sebagai wakil Mabigus (Majelis Pembimbing Gugus Depan), dan yang lebih ciamik lagi, kakak-kakak tertua kami mendapatkan potongan tumpeng spesial, Kak Wahyu, Kak Darta dan Kak Edel adalah kakak-kakak tertua kami di SMAN112, seluruh komponen disekolah ini sangat menghormatinya.

“Kak Wahyu, Kak Darta dan Kak Edel adalah guru senior kami yang hari ini menjadi kakak-kakak tertua kami di SMAN 112 Jakarta, terimakasih Kak Wahyu, Kak Darta dan Kak Edel yang puluhan tahun mengabdi dan berbagi ilmu guna mencerdaskan anak bangsa”

Upacara peringatan hari jadi pramuka terselenggara dengan baik, wajah-wajah ceria dari kakak dan adik berseragam coklat menghiasi pagi yang sangat cerah ini dan balon-balon yang bertebangan diudara menghiasi kecerian ulang tahun Gerakan Pramuka Indonesia yang ke-58.

Lingkungan Sekolah Dengan Semangat “Kepramukaan”

“Suasana coklat pramuka dipagi yang cerah ini”

Suasana pagi disekolah ini, bapak-ibu guru dengan seragam coklat khas Pramuka mulai hilir mudik, bahkan jam belum menunjukan tepat pukul 06.30, bapak ibu guru sudah mulai briefing dipagi hari, para karyawan Tata Usaha pun sedang melaksanakaan rapat kedinasan pagi yang dipimpin oleh Ibu Nina sebagai Kepala Tata Usaha.

Ibu Nina, Kepala Tata Usaha

Sesudah selesai briefing, Bu Ernita langsung bergagas menuju Aula, disana para anggota OSIS/MPK sudah bersiap, absensi untuk peserta didik baru, tertata rapih didepan pintu Aula, “dik diisi dulu absennya..” kak Shanaz anggota OSIS/MPK dengan ramah membimbing adik-adik kelasnya.

Ernita, S.Pd M.Si, Staf Kesiswaan

Digerbang sekolah, Pak Eko sudah siap untuk menutup gerbang sekolah, ya..jam sudah menunjukan pukul 06.40.

Bu Ola sebagai Kepala Sekolah mulai memantau kondisi kelas dari bawah lapangan, Mam Satya turut juga memantau kondisi pembelajaran dari lapangan.

Pak Darta setengah berlari dengan membawa kotak biru, dan Mam Adri pun sibuk memantau perlengkapan kelas dari tengah lapangan. Oh..pagi yang sangat sibuk sekali disekolah ini.

Acara MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) segera dimulai, Bu Ernita mempersilahkan para peserta didik baru untuk menempatkan diri dikursi-kursi yang telah disiapkan, tak lupa Pak Eko dan Bu Ola mulai memantau kegiatan MPLS, dan dibukalah kegiatan MPLS dihari ini.

Kabel-kabel itu bersiap dibawah lantai, Ferdi dan beberapa anggota OSIS/MPK lainnya bersiap mengkoneksikan peralatan untuk menunjang kegiatan MPLS, Pak Bintar mulai memberikan materi tentang pengenalan Eskul (Ekstra Kurikuler), video tentang Profil sekolah sudah mulai dipertontonkan, para peserta didik baru, menyimak dengan seksama tentang penjelasan Pak Bintar mengenai eskul-eskul yang ada disekolah ini.

Kak Munasli, Pemateri Kepramukaan

Dua Sosok bersahaja itu membuka pintu aula dengan senyum ramah, ya..Kak Munasli dan Kak Siddiq, kedua Kakak aktifis Pramuka kawakan ini mulai mengucapkan salam dan menyapa seluruh peserta didik baru dengan ramah, “ayo adik-adik…kita mulai dengan tepuk pramuka” Kak Munasli memulai dengan tepukan Pramuka yang terkenal seantero nusantara, setelah icebreaking, Kak Munasli mulai menjelaskan tentang kepramukaan, anak-anak pengurus pramuka kelas 11 dan 12 atau yang disebut Grapadulas (Gerakan Pramuka Seratus Duabelas) bersama sang pembina pramuka Ibu Hulaifah, turut menyaksikan penjelasan dari Kak Munasli.

Hulaifah, M.Pd, Pembina Grapadulas beserta anggota Grapadulas

Kak Siddiq bergantian untuk melanjutkan penjelasan dari Kak Munasli, ohiya..Kak Siddiq adalah Alumni dari Sekolah ini, tapi sudah lama sekali ya, sewaktu sekolah ini masih bernama SPG (Sekolah Pendidikan Guru), Pak Darta adalah salah satu guru yang pernah mengajar Kak Siddiq dan Kak Munasli, terbayangkan? seberapa lama Pak Darta mengajar disekolah ini.

Kak Siddiq, Pemateri Kepramukaan

Kak Siddiq dengan senyum ramahnya mulai bertukar pikiran dengan para peserta didik baru, pesan dari Kak Siddiq tentang kepramukaan ialah:

“Dalam kepramukaan, para siswa-siswi diharapkan mempunyai sikap spiritual, sikap sosial ,dan mempunyai karakter/kepribadian yang baik”

Menurut pandangan Kak Siddiq, pengembangan kepramukaaan di SMAN 112 Jakarta sudah sangat baik, dan Kak Siddiq juga berpesan, agar nilai-nilai tentang kepramukaan baik itu pembinaan karakter, melatih problem solving, pengembangan keterampilan tetap dilaksanakan dengan baik, tak lupa juga pesan Kak Siddiq untuk merangkul dan mengapresiasi siswa-siswi yang berkebutuhan khusus.

Kak Siddiq berbagi pengalaman tentang berkemah, ternyata dengan melaksanakan kemah, dapat melatih para siswa-siswi untuk bisa mandiri. Dan masih banyak lagi manfaat yang didapat dengan mengikuti kegiatan kepramukaan.

“Terimakasih yang sebesar-besarnya, kami haturkan untuk Kak Siddiq dan Kak Munasli dalam memberikan materi Kepramukaan kepada Siswa-siswi kami”

Noviolaleni, S.Pd

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah

“Dihari kedua Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, para peserta didik baru banyak mendapatkan ilmu yang bermanfaat”

Pagi-pagi sekali mereka harus lekas sampai kesekolah, para orangtua peserta didik baru masih mendampingi anak-anaknya untuk tidak terlambat kesekolah. Memang demikian seharusnya karena waktu sekolah di DKI Jakarta dimulai pagi hari pukul 06.30WIB. Bahkan para guru dan karyawan yang tempat tinggalnya berjarak lebih dari 30 kilometer, setelah ba’da subuh mereka telah siap untuk berangkat kesekolah, Bu Ola, Bu Nina Pak Darta, Bu Mamiek, Bu Cut, Pak Sumadi, Pak Edi, Bu Yeni, Bu Edelisma, Pak Udin dan Bu Lisa sudah sampai sewaktu bell belum berbunyi, terkadang masih kurang jam 06.00 mereka sudah sampai. mereka adalah contoh kedisiplinan yang nyata.

Bintar Permana,S.Pd M.Si Staf Kesiswaan, bersama Anggota OSIS/MPK

Para siswa mulai masuk ke Ruang Aula didampingi OSIS/MPK, nampak ruang yang cukup luas itu, disudut kanan-kirinya ada LCD yang membentang dan pengeras suara yang mulai tua itu masih berbunyi dengan cukup baik.

Drs.Eko Sukma Aji, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

Nampak Pak Eko sebagai pemateri pertama memegang mikrofon, tes..tes, Pak Eko mulai mengecek kesiapan Sound System, Pak Eko mulai mengkoneksikan Laptop ke layar LCD dibantu oleh Pak Bintar.

Pak Eko mulai menjelaskan tentang tata tertib dilingkungan SMAN 112 Jakarta, terutama soal kapan siswa-siswi harus hadir dan bagaimana konsekuensinya ketika datang terlambat, pak eko menjelaskan tentang gerbang sekolah yang ditutup mulai pukul 06.40 dan dibuka kembali pada jam 07.30, ini merupakan salah satu cara dalam melatih kedisiplinan, bahkan Pak Darta yang harus naik motor sejauh 38 kilometerpun hampir tidak pernah terlambat.

Pak Eko menghimbau tentang tata tertib yang harus ditaati, karena peraturan yang dibuat oleh guru, karyawan bahkan melibatkan siswa dan orang tua. Jadi tata tertib yang berlaku disekolah merupakan kesepakatan bersama seluruh komponen yang ada disekolah.

Jhoni Triyanto, S.Kom sedang menyajikan materi Undang-undang IT

Pak Jhoni guru bimbingan TIK mulai bersiap dengan laptopnya, Pak Jhoni sebagai pemateri kedua mulai menjelaskan tentang materi undang-undang Informasi dan Teknologi (IT)

“Undang Undang nomor 11 tahun 2008 atau UU ITE adalah UU yang mengatur tentang informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum. UU ini memiliki yurisdiksi yang berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia”.

Pak Jhoni sangat konsern untuk menginformasikan tidak menggunakan Software bajakan, gunakanlah software yang asli/original, selain terjamin mutunya, software asli juga men”Apresiasi” si pembuat software, dan software bajakan banyak mengandung virus yang dapat merusak program komputer.

H.Ahmad Irfan,S.S M.Pdi, Guru Pendidikan Agama Islam

Sebagai pemateri ketiga, ada Pak Irfan, Pak Irfan merupakan guru agama islam yang sangat diidolai banyak murid disekolah, ohya… Disesi ini siswa MPLS kelas 10, dibagi sesuai dengan keyakinannya. Pak Irfan mulai menjelaskan tentang materi perspektif islam, Pak Irfan juga banyak menulis di website ini, yuk dibaca-baca tulisan dari Pak Irfan dibawah ini.

https://perpustakaansman112.sch.id/category/kajian/

Tak lupa bagi siswa yang beragama kristen protestan mendapat bimbingan khusus dari Ibu Yohana.

Dra.Yohana, Guru Pendidikan Agama Kristen

Siswa yang beragama khatolik, budha dan hindu juga mendapatkan pelayanan yang sama dibidang kerohanian.

Materi ketigapun sudah dilaksanakan dengan baik, selanjutnya para siswa memasuki sesi istirahat, meraka ada yang membawa bekal, adapula yang menikmati sajian di Kantin sekolah.

Waktu istirahat telah selesai, anak-anak yang baru masuk dikelas 10 ini kembali masuk ke aula, Pemateri keempat sudah siap menyajikan materinya, ya ternyata Ibu Noviolaleni,S.Pd sang kepala Sekolah, disela-sela kesibukanya, Bu Ola selalu memyempatkan diri untuk memberi motivasi kepada seluruh siswa, Bu ola memberikan materi tentang pengenalan program sekolah dan tentang kepemimpinan, Bu Ola mulai membagi kelompok dan masing-masing kelompok diberi selembar kertas untuk menulis, para siswa dengan riang gembira mengikuti materi yang disampaikan Bu Ola.

Noviolaleni, S.Pd Kepala Sekolah

Materi kelima mulai disajikan, pematerinya adalah Ibu Dra. Hj. Sri Adriani, M.Pd, beliau adalah ibu yang murah senyum dan selalu luwes kepada semua orang, semua siswa-siswi disekolah ini sangat Respect terhadap beliau, selain mengajar bahasa Inggris, Mam Adri sapaan akrabnya, bertugas juga sebagai Wakil Bidang Sarana dan Prasarana, Mam Adri memberikan materi tentang tata krama, para siswa kelas 10 diajarkan bagaimana bersikap baik terhadap guru, teman, kakak kelas, karyawan dan seluruh Stekholder disekolah. Etika dan tata krama yang diajarkan Mam Adri sangat bermanfaat bagi seluruh peserta didik baru.

Dra.Hj. Sri Adriani, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana
Ibu Noviolaleni Bersama Ibu Hj.Sri Adriani

Waktu Shalat Dzuhur sudah dimulai, siswa-siswi baru langsung menuju tempat wudhu untuk menunaikan Shalat berjamaah, bagi para siswa-siswi yang beragama lain merakapun melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya.

Para peserta didik baru kembali menuju Aula, Pak Sigit sebagai pemateri keenam sudah gagah berdiri ditengah-tengah aula, nampaknya Pak Sigit tidak menggunakan Mic diawal penyajian materi tentang lagu-lagu nasional, Pak Sigit menjelaskan bagaimana lagu Indonesia Raya dinyanyikan dengan benar, para peserta didik baru sangat antusias dengan konsep menyanyi yang diajarkan oleh Pak Sigit.

Sigit Prasetyo, S.Pd, Guru Seni Budaya

“Pendidikan adalah pilar dalam menjunjung nilai-nilai moral, kedisiplinan, taat peraturan, religius, tata krama, kepemimpinan dan rasa nasionalisme”

Langkah kaki “baru” yang melangkah disekolah “baru”

“Awal Baru disekolah yang baru bersama teman-teman baru dengan lingkungan baru”

Udara Pagi menghiasi ruang lingkup disekolah kami, iya..hari ini adalah awalan adik-adik kecil yang baru beranjak remaja menghiasi hari baru disekolah kami, tak lupa banyak orangtua yang mengantar putra-putrinya untuk menimba ilmu. “Nak, kamu sudah SMA sekarang, ayah bangga kamu bisa masuk kesekolah ini” ungkap salah satu orangtua kepada putranya tercinta, sambil mencium tangan ayahnya, anak itu mulai masuk kegerbang sekolah bersama anak-anak lain yang belum dikenalnya.

Digerbang Sekolah Pak Eko dan Pak Bintar bersiap menyambut semua siswa-siswi yang baru masuk diTahun ajaran baru ini. Pak Taufik dan Pak Sanam sebagai sekuriti andalan sekolah mengatur lalu lintas dan menyebrangkan para siswa-siswi untuk bisa masuk sekolah.

Bell sekolah mulai berkumandang dengan bunyi-bunyian unik, menandakan Upacara Bendera pertama diawal tahun pelajaran ini dimulai. Bu Ernita bergegas menyiapkan perlengkapan untuk upacara bendera ditemani Pak Wawan yang ahli dalam mengolah urusan Sound, Pak eko dan Pak Bintar mengarahkan Semua murid untuk kelapangan, Bu Ola beserta Bu Nina dan Bapak-ibu Guru, Karyawan, sudah siap berbaris rapih didepan para siswa-siswi.

Upacara dengan Khidmad terselenggara dengan apik, Bu Ola sebagai pembina upacara memberikan wejangan kepada seluruh peserta upacara tak lupa juga Bu Ola menyambut para siswa yang baru masuk disekolah yang kami cintai ini.

Selesai upacara para siswa kelas 11 dan 12 langsung memasuki kelas masing-masing. siswa kelas 10 masih dilapangan untuk mendapatkan pengarahan khusus dari Mam Adri. Setelah selesai pengarahan dilapangan, anak-anak kelas 10 mulai memasuki Ruang Aula yang cukup besar..ya cukup untuk 300-400 orang.

Langkah-langkah kecil nan imut itu mulai memasuki Ruang Aula dengan didampingi Pak Eko, Pak Bintar, Bu Ernita dan para walikelas. Anak-anak OSIS/MPK yang berbaju merah sudah Stanby di ruang Aula untuk mempersiapkan acar MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) Farid sang ketua OSIS memegang Mic untuk menyapa dan memperkenalkan para anggota OSIS/MPK pada adik-adik barunya.

Farid Gustiawan, ketua OSIS

Pak Eko Sebagai Wakil Bidang Kesiswaan mulai membacakan Roundown kegiatan MPLS, nah untuk kegiatan pertama adalah Sosialisasi dengan Pak Polisi, Bapak-bapak Polisi dengan ramah menyapa anak-anak SMAN112 yang baru masuk itu, Untuk yang pertama memberikan materi adalah AKP Hartono

” Himbauan dari kepolisan untuk para anak-anak sekolah yang belum memiliki SIM, belum boleh untuk membawa kendaraan bemotor, jika dibonceng atau diantar dengan mobil atau menaiki kendaraan umum tentu saja boleh, dengan belajar disiplin dan tertibnya lalulintas anak-anak akan bisa mengimplementasikan kedisiplinan dalam bidang apapun”

AKP.Hartono
AKP.Hartono

Selanjutnya bapak Aiptu.Soendryanto,SH menjelaskan tentang bahaya narkoba, dilanjutkan Bripka Marsudi tentang pendidikan karakter, ditemani anggota OSIS/MPK, anak-anak kelas 10 menyimak penjelasan dari bapak-bapak Polisi.” Terimkasih Pak Polisi atas Sosialisasi tertib lalulintas, bahaya Narkoba dan pendidikan Karakter”.

Anak-anak mulai beristirahat sejenak, yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Pak Shaleh guru Pkn kawakan mulai menyajikan materinya, anak-anak dengan antusias memperhatikan Materi dari Pak Shaleh, terlebih Pak Shaleh mulai berpantun

“Kapak bukan sembarang kapak ini kapak pembelah kayu, batak bukan sembarang batak, ini batak yang sudah maju.”

H.M.Shaleh Dongoran, S.Pd
H.M Shaleh Dongoran S.Pd menyampaikan Materi

Materi Selanjutnya dimulai kembali dan Mam Satya sebagai wakil bidang Kurikulum menjelaskan tentang konsep kurikulum 2013, Mam Satya mulai menjelaskan detail demi detail tentang kurikulum 2013, setelah Mam Satya menjelaskan, anak-anak beristirahat kembali untuk makan siang, selesai makan anak-anak kelas 10 bersiap untuk latihan menyanyi lagu Nasional dan Mars 112 yang dipandu oleh Pak Bagus dan anggota OSIS/MPK

Dra.Hj. Satya Winarah dalam simulasi Materi K13

Menyanyipun Selesai, anak-anak Sudah mulai menghafal Mars 112 yang setiap hari mereka dengar disekolah ini, para siswa-siswi bersiap untuk menunaikan Shalat Dzuhur berjamaah, seusai Sholat para siswa kembali ke Ruang Aula untuk penutupan MPLS hari pertama.

“Terimakasih untuk seluruh Komponen Sekolah dalam menyambut para siswa-siswi yang baru masuk kesekolah ini tak lupa dari pihak kepolisan Bapak AKP.Hartono, Bapak Aiptu.Soendryanto,SH dan Bapak Bripka Marsudi terhadap perhatiannya atas sekolah kami”

Noviolaleni, S.Pd

Memetik “Mentari” di “Senjanya” Jatiluhur

“Setahun sudah berjalannya tahun pelajaran”

Dipandu Drs.H.Wahyu Komara dibukalah Rapat Kerja itu, betul. ini kegiatan Tahunan yang biasa kami lakukan disekolah kami SMAN 112 Jakarta, kami mengevaluasi hasil pekerjaan selama setahun lalu, dan kami mulai menyusun Program-program Sekolah untuk tahun ajaran baru.

Rapat Kerjapun dilangsungkan dengan semangat peserta, baik dari guru, karyawan, dan siswa OSIS/MPK. Kami dengan sepenuh hati merancang apa yang akan dilakulan untuk tahun ajaran baru.

Keputusan-keputusan hasil rapat mulai dibacakan, setelah keputusan selesai dibaca, maka Diketuklah Palu itu oleh Drs.H.Wahyu Komara. Sang Ketua Rapat Kerja mengucap “Alhamdulilah”, menandakan selesainya Rapat kerja yang berlangsung selama tiga hari, dan hasil Rapat kerja langsung diberikan dari ketua Rapat kepada Kepala Sekolah yaitu ibu Noviolaleni, S.Pd dan Bapak H.Dimyati sebagai perwakilan Komite.

Selepas Rapat Kerja, Bis-bis itu telah menanti kami, derungan mesin diesel itu memanggil-manggil kami untuk menaiki bis itu, “ayo lekas naik ke bis… bapak-ibu”, Mam Adri dan Pak Bintar memandu kami untuk menaiki bis. Perjalananpun dimulai dengan tawa-canda dibis masing-masing.

Sampailah sudah kami semua ditepian waduk Jatiluhur, wah indahnya waduk yang mulai dibuat pada era Djuanda ditahun 1957 ini, kamipun sampai dan mulai meletakan perlengkapan ditempat penginapan yang hanya berjarak beberapa langkah dari waduk Jatiluhur.

Secangkir kopi dan makanan ringan melepas lelah seusai perjalanan. Setelah Sholat Ashar, kamipun bersiap menyusuri keindahan waduk Jatiluhur yang luas itu. Perjalanan ketepian darmaga Jatiluhur dimulai dengan berjalan kaki. Setapak demi setapak kami lalui dengan “riang”, oh…kapal itu menanti kami ditepian darmaga, kami pun mulai berFotoria disekitaran darmaga waduk Jatiluhur.

Mentari mulai terlelap diperaduan gelapnya sore, indah sekali Mentari yang mulai tenggalam itu, sahabat-sahabat kami mulai ber”Eksperimen” foto dengan mencoba memetik indahnya Sunset diJatiluhur.

Awan-awan mulai merah merona, Senjapun mulai tiba, kami berlayar disekitar waduk Jatiluhur dengan menghirup segaranya udara sore ini. Indah sekali pemandangan waduk jatiluhur ini, tak lupa kami memakai Rompi Pelampung dibadan masing-masing.

Nuansa foto-memfoto kami langsungkan dengan kegimbiraan, kecerian dan keakraban

Nikmatnya kegiatan sore ini kami lalui bersama di indahnya mentari yang terbenam diwaduk Jatiluhur, sedikit melepas rasa Penat dikepala kami.

“Senja diJatiluhur saksi indahnya kebersamaan kami, menjemput semangat untuk esok, esok senin mulai bertugas dengan semangat baru, dengan moto budaya mutu, kolaborasi, berbagi menjemput prestasi, maju bersama hebat semua”

Noviolaleni, S.Pd

PENDIDIKAN KARAKTER /AKHLAK BERBASIS KEARIFAN LOKAL

PENDIDIKAN KARAKTER/AKHLAK BERBASIS KEARIFAN LOKAL​​ 

(Studi Lapangan​​ di desa Tua Tunu, Pangkal Pinang, Bangka)

Sepintu Sedulang​​ 

Oleh : H. Ahmad Irfan, SS,M.Pd.I

 

  • PENDAHULUAN​​ 

 

  • Latar Belakang Masalah​​ 

Ketika Bangsa Indonesia bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, para bapak pendiri bangsa (the Founding fathers) menyadari bahwa paling tidak ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi. Pertama, adalah mendirikan Negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun bangsa, dan ketiga adalah membangun karakter. Salah satu pendiri bangsa, presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno, bahkan menegaskan:” Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building) karena itulah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya, serta bermartabat. Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang dirasakan mendesak.​​ Gambaran situasi masyarakat bahkan situasi dunia pendidikan di Indonesia ​​ dirasakan amat perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja, pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap yunior, pengguna narkoba, dan lain-lain.​​ (hariyanto 2014)

Menurut Doni Koesoema Albertus, karakter diasosiasikan dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsure psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter juga dipahami dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsure somato-psikis yang dimiliki oleh individu sejak lahir. Disini, karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai cirri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang, yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawaan seseorang sejak lahir.​​ (Albertus 2010)

​​ Pendidikan karakter mampu menjadi penggerak sejarah menuju Indonesia emas yang dicita-citakan. Dalam pendidikan karakter manusia dipandang mampu mengatasi determinasi di luar dirinya sendiri. Dengan adanya nilai yang berharga dan layak diperjuangkan, ia dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang melibatkan​​ aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action), menurut Thomas Lickona tanpa ketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan seorang anak akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tatangan untuk berhasil secara akademis.​​ (Khan 2010)

Sarlito Wirawan Sarwono dalam makalahnya​​ Remaja dalam Era Industri dan Komunikasi​​ menjelaskan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan perubahan nilai-nilai manusia. Perubahan ini semakin memudarkan nilai-nilai moral dalam masyarakat, yang pada gilirannya menuntut masyarakat menyesuaikan diri terhadap perubahan yang sedang berlangsung, atau tidak sama sekali. Untuk kemudian dilindas dan tertinggal. Setiap agama dijadikan pedoman bagi pemeluknya dalam menjalankan aktivitas hidup sehari-hari dan setiap agama memiliki nilai-nilai yang luhur sebagai instrument menjalankan kehidupan pribadi, berbangsa, bernegara, bermasyarakat. Namun, sejauh mana nilai-nilai agama dan budaya bangsa dapat mengantisipasi perubahan yang sedang menggelinding di depan mata umat manusia? Hal tersebut dikarenakan erosi nilai-nilai agama dan budaya bangsa dan derasnya arus budaya asing pada era global dan informasi saat ini. Selain itu, agama dan budaya yang berbeda dijadikan sebagai sarana menciptakan kerusuhan dan pertikaian baik perbedaan suku, agama, ras/keturunan, maupun antargolongan (SARA). Hal inii perlu menjadi pemikiran bagi seluruh pemeluk agama dan pemilik budaya bangsa untuk mengembalikan ajaran agama yang sacral dan kearifan local yang ada di setiap daerah supaya agama tetap dijunjung tinggi, tidak dapat “membumi”.​​ (Salahudin 2013)

Diakui atau tidak, menurut Sohari, memudarnya nilai-nilai moral dalam masyarakat modern, disebabkan pula oleh sistem pendidikan modern yang sekuler, baik dalam pendidikan formal maupun nonformal, pergerseran nilai dalam kehidupan pribadi, kelurga dan masyarakat. Salah satu pembentuk dan penguat karakter budaya bangsa adalah dengan tetap terus menjaga serta melestarikan​​ kearifan lokal​​ masing-masing daerah. Dengan melihat ​​ kearifan lokal​​ sebagai bentuk kebudayaan maka ia akan mengalami​​ penguatan​​ secara terus menerus menjadi lebih baik. Oleh karena itu maka​​ kearifan lokal​​ sebagai manifestasi kebudayaan menunjukkan sebagai salah satu bentuk humanisasi manusia dalam berkebudayaan serta pembentuk karakter masyarakat. Dalam hal ini peneliti mengangkat kearifan lokal masyarakat desa adat Tua Tunu, Pangkal Pinang kepulauan Bangka Belitung.​​ 

 

 

 

 

  • KERANGKA TEORI​​ 

 

  • Konsep​​ Pendidikan Karakter​​ 

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku. Menurut Elkind dan Sweet pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia,, peduli dan inti atasa nilai-nilai etis/susila. Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat diantara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagaimana pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan dinegara-negara Barat, seperti : pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai nilai. Sebagian yang lain menyarakan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik.​​ 

Berdasarkan​​ grand desain​​ yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial cultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial cultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosialkultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: (1) olah hati (spiritual and emotional development), (2) olah pikir (intellectual development), (3) olah raga dan kinesteteik (physical and kinesthetic development), dan (4) olah rasa dan karsa (affective and creativity development), keempat hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, bahkan saling melengkapi dan saling keterkaitan.​​ 

Pengkategorian nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosio-kultural dalam konteks interaksi (dalam kelurga,satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.​​ (Gunawan 2014)​​ 

Pendidikan akhlak yang pemaknaannya sama dengan pendidikan karakter berhubungan dengan pendidikan moral dan etika. Hal ini karena moral dan etika sama-sama digunakan untu tingkah laku atau tindakan. Konsep etika berhubungan dengan filsafat sehingga pemahaman etika harus berpijak dari filsafat. Pembahasan mengenai karakter, akhlak, etika, dan moral memiliki kesamaan substansial jika dilihat secara normative, karena pola tidakan yang dinilai “baik” atau “ buruk”, bedasarkan ide-ide yang berbeda. Etika dinilai menurut pandangan filsafat tentang munculnya tindakan dan tujuan rasional dari tindakan. Akhlak adalah wujud dari keimanan atau kekufuran manusia dalam bentuk tindakan, sedangkan moral merupakan bentuk tingkah laku yang diideologisasikan menurut pola hidup bermasyarakat dan bernegara yang rujukannya diambil dari social normative suatu masyarakat, dari ideologi Negara, ​​ agama. Dan dapat pula diambil dari pandangan-pandangan filosofis manusia sebagai individu yang dihormati, sebagai pemimpin dan sebagai sesepuh masyarakat. ​​ 

 

  • Kearifan Lokal : Benteng​​ Karakter Masyarakat

Budaya Nusantara yang Bhineka Tunggal Ika merupakan kenyataan hidup yang tidak dapat dihindari. Kebinekaan ini harus dipersandingkan bukan dipertentangkan. Keberagaman ini merupakan manifestasi gagasan dan nilai sehingga saling menguat dan untuk meningkatkan wawasan dalam apresiasi. Kebhinekannya menjadi bahan perbandingan untuk menemukan persamaan pandangan hidup yang berkaitan dengan nilai kebajkan dan kebijaksanaan.​​ 

Kebudayaan dipandang sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau kelompok orang yang selalu mengubah alam. Kegiatan manusia memperlakukan lingkungan aamiahnya, itulah kebudayaan. Kebudayaan merupakan usaha manusi, perjuangan setiap orang atau kelompok dalam menentukan hari depannya. Kebudayaan merupakan aktivitas yang dapat diarahkan dan direncanakan oleh sebab itu dituntut adanya kemampuan, kreativitas, dan penemuan-penemuan baru. Manusia tidak hanya membiarkan diri dalam kehidupan lama melainkan dituntut mencari jalan baru dalam mencapai kehidupan yang lebih manusiawi. Dasar dan arah yang dituju dalam perencanaan menjadi kerangka dasar dalam strategi kebudayaan. ​​ 

Dengan melihat ​​ kearifan lokal​​ sebagai bentuk kebudayaan maka ia akan mengalami​​ penguatan​​ secara terus menerus menjadi lebih baik. Oleh karena itu maka​​ kearifan lokal​​ sebagai manifestasi kebudayaan menunjukkan sebagai salah satu bentuk humanisasi manusia dalam berkebudayaan. Akan tetapi, apakah ia akan tetap menjadi dirinya tanpa perubahan, benturan kebudayaan akan menjawabnya. Dinamika kebudayaan merupakan suatu hal yang niscaya. per ini tidak lepas dari aktivitas manusia dengan peran akalnya. Dinamika atau perubahan kebudayaan dapat terjadi karena berbagai hal. Secara fisik, bertambahnya penduduk, berpindahnya penduduk, masuknya penduduk asing, masuknya peralatan baru, mudahnya akses masuk ke daerah juga dapat menyebabkan perubahan pada kebudayaan tertentu. Dalam lingkup hubungan antar manusia, hubungan individual dan kelompok dapat juga mempengaruhi perubahan kebudayaan. Satu hal yang tidak bisa dihindari bahwa perkembangan dan perubahan akan selalu terjadi.​​ (Radmila 2013)

Dikalangan antropolog ada tiga pola yang dianggap paling penting berkaitan dengan masalah perubahan kebudayaan:​​ evolusi, difusi​​ dan​​ akulturasi. Landasan dari semua ini adalah penemuan dan inovasi. Dalam perjalanannya, budaya nusantara , baik yang masuk kawasan istana atau diluar istana, tidak statis. Ia bergerak sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan adanya kontak budaya, difusi, akulturasi, asimilasi sebagaimana dikatakan sebelumnya,, Nampak bahwa perubahan budaya di masyarakat akan cukup signifikan.​​ 

Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus.​​ Oleh karena bentuknya yang bermacam-macam dan ia hidup dalam aneka budaya masyarakat maka fungsinya menjadi bermacam-macam. Di antaranya adalah sebagai berikut :​​ 

  • Berfungsi untuk konservasi ​​ dan pelestarian sumber daya alam

  • Berfungsi untuk pengembangan sumber daya alam

  • Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan

  • Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

  • Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.​​ 

  • Bermakna sosial misalnya pada upacara daur pertanian

  • Bermakna etika dan moral

  • Bermakna politik.​​ 

Dari penjelasan fungsi-fungsi tersebut tampak betapa luas ranah kearifan lokal, mulai dari yang sifatnya sangat teologis sampai yang sangat pragmatis dan teknis. Penelitan ini lebih memfokuskan pada pembahasan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal pada masyarakat desa adat Tua Tunu, Pangka Pinang Bangka lebih khusus lagi pada fungsi etika dan moral sebagai pembentuk karakter.​​ 

  • Sejarah Pangkal Pinang

Pangkal Pinang mulai disebut dalam literature sekitar abad 17, Pangkal berarti: Pusat Distric (Distric Capital); kota tempat pasar (Market Town) tempat berlabuh kapal (Boat landing dan pusat segala aktifitas dimulai ( where a path begine) sedangkan Pinang​​ (area chatecu) adalah nama sejenis tubuhan palem yang multi fungsi dan banyak tumbuh di Bangka. Pada tahun 1813 Inggris (East India Company) menjadikan Pangka Pinang distrik dari 7 distrik ekplorasi timahyang produktif disamping Jebus, Klabat, Sungailiat, Merawang, Toboali, dan Belinyu. Sejak ituah pangkal Pinang terkenal sebagai Kota Timah dan Kota Kecil Pusat Perdagangan dan Jasa di Pulau Bangka. Mulanya Pangkal Pinang adalah sebuah kampong kecil berupa pangkalan (parit) pengumpulan timah daerahnya berawa-rawa dan dibelah oleh sungai-sungai (sungai Rangkui dan Sungai Pedindang) yang dapat dilayari oleh kapal-kapal dan perahu (Wangkang) sampai ke Muara, lambat laun tumbuh menjadi kampong besar yang terbukti pada tahun 1848, Pangkal Pinang memiliki penduduk sejumlah 6695 orang yang tersebar di 105 kampung. Karena letak Pangkal Pinang yang strategis di tengah pulau Bangka maka Belanda menjadikan pangkal Pinang sebagai basis kekuatan militer utuk menumpas perlawanan Depati bahrin (1820 sd 1828)dan perlawanan Depati ​​ Amir (1848 sd 1851).​​ 

Sejarah Pangkal Pinang secara mendasar tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kekuasaan kekaisaran Tiongkok di Asia Timur dan perbutan penguasaan atau eksploitasi terhadap biji timah oleh berbagi bangsa. Sebagai bukti dari kedua hal tersebut dapat dilihat dar monumen hidup (living Monument) diantaranya klenteng yang tersebar hampir diseluruh pelosok kota dalam ungsi dan kegunaannya, bentuk bangunan rumah tinggal berarsitektur Vernakuler China berikut dengan penataan pemukiman yang dipisahkan dengan banyaknya gang sempit, tersebarnya makam-makam tua orang China yang disebut Pendem China, pemakaman Belanda (Kerkhof) ditemukan meriam kuno tua yang terbut dari besi da perunggu misalnya yang ada di depan rumah Dinas Walikota (1957) dan di depan Polres Pangkal Pinang (1954).​​ 

Usia kota Pangkal Pinang tergolong muda kalau dilihat dari aspek kepemerintahan, akan tetapi sebagai kota sejarah, khususnya sejarah pembangunan timah dengan berdirinya BTW (Banka Tin Winning Bedriff) di Bangka dan pusat administrasi negeri (Bestuur). Sejak menjadi ibu kota Keresidenan Bangka tanggal 3 September 1913, dengan residen pertama A.J.N Engelendberg Pangka Pinag mulai tumbuh dan berkmbang menjadi ​​ kota yang ramai dengan segala aktivitasnya. Sebagai kantor pusat penambangan timah terbesar di dunia perekonomian masyarat Pangkal Pinang serasa sangat dinamis ditunjang lagi dengan letak nya yang strategis di lintas internasional.​​ (Pinang n.d.) ​​ ​​ ​​​​ 

 

III.​​ METODOLOGI PENELITIAN​​ 

 

  • Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan karakter yang dapat diamati sebagai objek penelitian​​ (Moleong 2010).​​ Adapun jenis penelitian yang peneliti teliti adalah menggunakan jenis penelitian studi kasus. Yang dimaksud studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena didalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan dimana multi​​ sumeber dimanfaatkan.​​ (K.yin 2006)

  • Data dan Sumber Data

Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau suatu fakta yang digambarkan lewat keterangan, angka, simbol, kode dan lain-lain.​​ Sedangkan yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh.​​ (Arikunto 2010)​​ Misalnya, apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang-orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik secara tertulis maupun lisan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan berbagai macam data yang berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari informasi yang telah diolah oleh pihak lain. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan​​ judul penelitian, yaitu​​ Pendidikan​​ Karakter Berbasis Kearifan Lokal​​ ​​ (Studi​​ Lapangan​​ di​​ desa Tua Tunu, Pangkal Pinang, Bangka). Data tersebut dapat bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata maupun​​ gambar​​ 

Sedangkan yang dimaksud dengan Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dengan demikian sumber data tersebut dapat berupa informan dan didukung dengan dokumentasi yang berupa naskah-naskah, data tertulis maupun foto.

Adapun yang menjadi subjek atau sumber data manusia dalam penelitian ini adalah​​ 

    • Kepala Adat Suku Tua Tunu​​ 

    • Ketua Masjid Raya Tua Tunu

    • Masyarkat Tua Tunu​​ 

Alasan​​ ditetapkannya​​ informan sumber data tersebut, pertama mereka sebagai pelaku yang terlibat langsung, kedua, mereka mengetahui secara langsung persoalan yang akan dikaji oleh peneliti, ketiga, mereka lebih menguasai berbagai informasi yang akurat berkenaan dengan permasalahan yang​​ akan diteliti.

Teknik​​ pemilihan​​ informan tersebut, penulis menggunakan sampling purposif, dimana peneliti cenderung memilih informan yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu​​ yang​​ dianggap memenuhi dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang akurat serta mengetahui masalahnya secara mendalam.

  • Metode​​ Pengumpulan Data

Data yang valid dan lengkap sangat menentukan kualitas penelitian. Dalam tahap ini peneliti memperoleh dan mengumpulkan data melalui informasi secara lebih detail dan mendalam berdasarkan pada fokus penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu :

  • Participant Observation​​ 

Dalam obeservasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dan dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang akan diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap karakter yang nampak.​​ (Sugiyono 2011)​​ Secara umum observasi dilakukan dengan alasan :

  • Pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung,

  • Tekhnik pengamatan juga memungkinkan peneliti dapat melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat karakter dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya,

  • Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data,

  • Sering terjadi ada keraguan pada peneliti,

  • Tekhnik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit, dan,

  • Dalam kasus-kasus tertentu dimana penggunaan tekhnik komunikasi lain-nya tidak dimungkinkan, maka pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Dalam​​ kaitannya​​ dengan penelitian tentang​​ Pendidikan​​ Karakter Berbasis Kearifan Lokal​​ ​​ (Studi​​ Lapangan​​ di​​ desa Tua Tunu, Pangkal Pinang, Bangka).​​ peneliti melakukan pengamatan berperan serta maupun​​ sebagai pengamat penuh terhadap beberapa aktivitas dalam​​ pendidikan karakter berbasis kearifan local di daerah tersebut.​​ 

  • Interview​​ 

Kaitannya​​ dengan penelitian tentang​​ Pendidikan​​ Karakter Berbasis Kearifan Lokal​​ ​​ (Studi​​ Lapangan​​ di​​ desa Tua Tunu, Pangkal Pinang, Bangka).​​ ​​ peneliti menggunakan​​ jenis​​ wawancara semi terstruktural.​​ Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

  • Dokumentasi

Metode pengumpulan data yang juga sangat penting adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi mempunyai peranan penting sebagai pendukung dan penambah data atau sebagai bukti konkrit bagi sumber lain. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.​​ Teknik dokumentasi ini adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan dokumen lainnya.​​ Dengan teknik dokumentasi, peneliti dapat mendapat berbagai data yang membutuhkan bukti konkret.​​ 

  • Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip wawancara , catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti untuk menambah pemahaman peneliti sendiri dan untuk memungkinkan peneliti melaporkan apa yang telah ditemukan pada pihak lain. Oleh karena itu, analisis dilakukan melalui kegiatan menelaah data, menata membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari pola,​​ menemukan apa yang bermakna, dan apa yang akan diteliti dan diputuskan peneliti untuk dilaporkan secara sistematis.​​ Proses analisis data disini peneliti membagi menjadi tiga komponen, antara lain sebagai berikut:

  • Reduksi data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang yang tak perlu, dan mengoranisakan data sedemikian rupa sehinggga diperoleh kesimpulan akhir dan diverivikasi. Laporan-laporan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan mana yang penting dicari tema atau polanya dan disusun lebih sistematis.​​ Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Peneliti mengumpulkan semua hasil penelitian yang berupa wawancara, poto-poto, serta catatan penting lainya yang berkaitan ​​ dengan​​ Pendidikan​​ Karakter Berbasis Kearifan. Selanjutnya, peneliti memilih data-data yang penting dan menyusunnya secara sistematis dan disederhanakan.

Data yang sudah disederhanakan selanjutnya disajikan dengan cara mendikripsikan dalam bentuk paparan data secara naratif. Dengan demikian didapatkan kesimpulan sementara yang berupa temuan penelitian yakni​​ berupa​​ Pendidikan​​ Karakter Berbasis Kearifan Lokal​​ ​​ (Studi​​ Lapangan​​ di​​ desa Tua Tunu, Pangkal Pinang, Bangka).​​ Data display (Penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data​​ atau​​ menyajikan data. Dengan mendisplaykan data​​ atau​​ menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

  • Penarikan kesimpulan​​ 

Menarik kesimpulan selalu harus mendasarkan diri atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau keinginan peneliti.​​ (Asmani 2011)

Kesimpulan atau verifikasi dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu pada awal peneliti mengadakan penelitian di​​ ​​ desa Tua Tunu, Pangkal Pinang, Bangka​​ dan selama proses pengumpulan data. Dengan bertambahnya data melalui proses verivikasi secara terus menerus akan diperoleh kesimpulan yang bersifat menyeluruh. Dengan demikian, peneliti melakukan kesimpulan secara terus-menerus selama penelitian berlangsung.

  • Pengecekan Keabsahan​​ Data

Keabsahan atau keshahihan data mutlak diperlukan dalam penelitian jenis kualitatif ini. Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Menurut Moleong ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credability), keteralihan (transferability),​​ kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

Dalam​​ hal ini peneliti menggunakan metode​​ triangulasi. Yang dimaksud​​ triangulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan empat macam triangulasi yaitu :

  • Triangulasi dengan sumber,

Triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperolah melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Dalam triangulasi dengan sumber ini, peneliti melakukan beberapa hal:

  • Peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,

  • Peneliti membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,

  • Peneliti membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,

  • Peneliti membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang,

  • Peneliti membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

  • Triangulasi metode,

Terdapat dua strategi dalam triangulasi metode ini, yaitu :

  • Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data,

  • Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.​​ 

  • Triangulasi teori,

Triangulasi teori yaitu penggunaan sudut pandang ganda atau teori lain dalam menafsirkan seperangkat tunggal data .

  • Triangulasi metodologis,

Triangulasi metodologis yaitu penggunaan metode ganda untuk mengkaji masalah atau program tunggal, seperti wawancara, pengamatan, daftar pertanyaan terstruktur,​​ dan dokumen.

 

  • URAIAN HASIL LAPANGAN

 

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan fokus dari penelitian ini yaitu​​ Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal (Studi Lapangan di desa Tua Tunu, Pangkal Pinang, Bangka)​​ dimana penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif. Pada penelitian kualitatif peneliti dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan,dan dilakukan oleh sumber data. Pada penelitian kualitatif peneliti bukan sebagaimana seharusnya apa yang difikirkan oleh peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh sumber data. Selanjutnya pada bagian ini akan dibagi menjadi tiga bagian agar lebih sistematis dan​​ terarah yaitu sebagai berikut :​​ 

        • Deskripsi informan penelitian

        • Deskripsi hasil penelitian

        • Pembahasan​​ 

1). Deskripsi Informan Penelitan​​ 

Semua informan dalam penelitian ini tidak merasa keberatan untuk disebutkan namanya, adapun informan penelitan ini adalah sebagai berikut :​​ 

  • Ust. Tami (Ketua Masjid Raya Tua Tunu serta Tokoh Masyarakat)​​ 

Selama penelitian menjalani proses penelitian ust. Tami sangat membantu menjelaskan kearifan lokal masyarakat Tua Tunu, terutama tradisi Nanggung. Beliau merupakan tokoh masyarakt di desa Tua Tunu yang setiap keputusannya sangat dihormati. ​​ 

  • Akhmad Faisal (Warga desa Tua Tunu)

Informan kedua yang peneliti wawancarai adalah bapak Akhmad Faisal,M.Pd.I beliau adalah seorang guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 9 Pangkal Pinang, dan juga beliau aktif dalam kegiatan di masyarakat dan sangat konsen di bidang pendidikan. Banyak hal yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dan diskusi dengan beliau.

2).​​ Deskripsi Hasil Penelitian​​ ​​ 

Data dari hasil penelitian pada penelitian ini didapatkan melalui wawancara mendalam yang dilakukan peneliti. Dimana seluruh informan yang melakukan wawancara adalah ketua masjid raya Tua Tunu serta salah seorang masyarakat desa Tua Tunu. Adapun cuplikan wawancara sebagai berikut dan jawaban wawancara peneliti catat dalam bentuk sederhana akan tetapi akan dikembangkan di pembahasan:​​ 

 

 

 

 

 

  • Nara Sumber (1): ​​ Ketua Masjid Raya Tua Tunu sekaligus tokoh Masyarakat ​​ (Ust. Tami)

No

Pertanyaan​​ / Jawaban

1.

Jenis nilai-nilai apa saja yang masih di internalisasi oleh warga​​ masyarakat kampung adat?

Jawaban​​ : nilai-nilai yang masih di internalisasi di desa adat Tua Tunu ini adalah nilai kepedulian, religious, toleransi, kebersamaan, gotong royong, menghormati leluhur, menghormati tamu dll

2.

Bagaimana proses mereka menginternalisasi nilai yang mereka yakini?

Jawaban :​​ cara masyarakat desa adat Tua Tunu menginternalisasi nilai​​ yang mereka yakini beberapa adat kebiasaan masyarakat Tua Tunu seperti Nganggung, Perang Ketupat, Milang Ari, pawai Ta’aruf, Rumahan dll

3.

Bagaimana peran pemimpin/kepala suku dalam menjaga​​ dan melestarikan nilai-nilai lokal tersebut.

Jawaban :​​ peran pemimpin/kepala suku dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai lokal di masyarakat Tua Tunu adalah dengan terus memperingati beberapa tradisi yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Tua Tunu, khususnya tradisi Nganggung. Tradisi nganggung ini dikenal dengan istilah “Sepintu Sedulang” yang artinya “setiap satu rumah membawa makanan”, nganggung ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari besar Islam, menyambut tamu, takziah ketika ada tetangga yang meninggal dunia. Setiap rumah yang menjadi anggota masyarakat sekitar dianjurkan untuk bersedekah atau nganggung dengan membawa makanan sesuai dengan kemampuannya ke tempat acara nganggung yang biasanya dilaksanakan di rumah penduduk atau di masjid raya Tua Tunu.

4

Bagaimana bentuk Karakter yang mereka miliki sebagai hasil dari proses internalisasi nilai?

Jawaban :​​ Karakter yang mereka miliki sebagai hasil dari proses internalisasi nilai​​ adalah rasa kepedulian, zuhud, toleransi, kedermawanan, siaturahmi, gotong royong dan lain-lain

5.

Keuntungan dan kerugian apa saja,  ​​​​ bertahan dalam kelompok masyarakat adat?

Jawaban :​​ sejauh ini ​​ kami merasa tidak ada kerugian bertahan dalam kelompok masyarakat adat yang menjalankan tradisi, khususnya menjalankan tradisi Nganggung, bahkan keuntungan yang kami dapat adalah makin banyaknya masyarakat yang mempunyai rasa kepedulian terhadap sesama, terkikisnya sifat bakhil dalam diri masyarakat kami, dan makin antusiasnya masyarakat dalam menjalankan tradisi nganggung ​​ dari tahun ke tahun.​​ Serta silaturahmi kami dapat terjalin dengan baik dan sangat mudah bagi kami untuk meminta pertolongan jika kami mengalami kesusuhan.​​ 

6.

Faktor pendorong (Push factors ) dan faktor penarik (pull factor) apa sajakah yang membuat mereka bertahan dalam kelompok ​​ masyarakat adat?

Jawaban :​​ faktor pendorong yang menyebabkan mereka tetap bertahan dan melestraikan adat (nganggung) adalah karena kuatnya mereka dalam memegang teguh pemahaman agama serta tingginya rasa solidaritas antar individu masyaraka dan besar nya tanggung jawab masyarakat adat Tua Tunu dalam melestarikan budaya.​​ 

7.

Bagaimana aspirasi ​​ dan ekpektasi warga masyarakat kampung​​ adat​​ terhadap perubahan nilai-nilai ​​ social ​​ diluar ​​ komunitasnya?

 

Jawaban :​​ berdasarkan hasil temuan yang peneliti dapatkan dan amati di masyrakat adat Tua Tunu, nampaknya mereka tidak terlalu khawatir terhadap perubahan nilai-nilai sosial, hal itu dikarena sudah tertanam dan melekatnya masyarakat desa Tua Tunu dalam menjalankan tradisinya. Kewajiban setiap kepala rumah tangga di desa ini adalah mengajarkan serta memahamkan anggota keluarga nya untuk tetap melestarikan budaya. Walaupun ada perubahan nilai sosial itupun hanya sebagian kecil saja dan bukan pada tataran yang krusial.

 

8.

Apakah nilai-nilai luar menjadi ancaman?

Jawaban :nilai-nilai luar yang masuk secara tidak langsung menjadi ancaman bagi kelestarian adat istiadat, akan tetapi di desa Tua Tunu ini masyarakat dapat meng-counter hal itu dengan terus merapatkan pemahaman yang sama untuk terus menjaga kelestarian adat istiadat, karena mereka merasakan betul manfaat dari penerapan adat tersebut.

 

9.

Nilai apa saja dari masyarakat kampung adat​​ yang bisa di promosikan sebagai basis pembentuk karakter Bangsa Indonesia?

 

Jawaban :nilai yang dapat dipromosikan sebagai basis pembentukk karakter Bangsa Indonesia dati masyarakat adat desa Tua Tunu ini khususnya dalam tradisi nganggung adalah nilai kepedulian, toleransi, kebersamaan, kedermawanan

 

 

 

 

 

 

 

  • Akhmad Faisal, M.Pd.I (Warga desa Tua Tunu)

No

Pertanyaan​​ /Jawaban

1.

Tradisi apa yang paling melekat pada masyarkat adat desa Tua Tunu ?

 

Jawaban :​​ pada dasarnya banyak tradisi yang diselenggarakan di desa ini hanya saja yang paling sering dilaksankan adalah tradisi nganggung, setahun bisa 20 kali melaksanakan tradisi ini, tergantung acaranya. Seperti peringatan hari besar Islam, upacara kematian, menyambut tamu dan lain-lain.

2.

Menurut anda apa yang menyebabkan tradisi ini (nganggung) tetap terjaga ?

 

Jawaban :​​ menurut saya ada beberapa hal yang menyebabkan tradisi ini masih tetap terjaga, diantaranya :

  • Kuatnya pengaruh tokoh masyarakat dalam membina masyarakat

  • Pemahaman agama masyarakat yang saling mendukung​​ 

  • Selektifnya masyarakat dalam menerima warga baru yang berasal dari luar, terlebih dengan pemahaman agamanya. Jika ia berasal dari luar Islam maka tidak akan diberi celah untuk menyebarkan agamanya. Jika ia muslim tetapi membawa pemahaman Islam yang berbeda dengan apa yang mereka fahami maka pemahaman yang baru akan mereka tolak.

 

3.

Bagaimana aspirasi/antusiasme masyarakat terhadap tradisi nganggung ini?

Jawab :​​ umumnya masyarakat sangat antusias dan mendukung pelaksanaan tradisi nganggung, bahkan animo masyarakat terus meningkat. Hal itu, ditandai dengan makin banyak masyrakat yang bersedekah ketika ada tetangga yang terkena musibah

4.

Bagaimana pengaruh tradisi ini terhadapa pertumbuhan karakter masyarakat, menurut anda?

Jawab :tradisi nganggung menurut saya membentuk karakter masyarakat khususnya di desa Tua Tunu ini semakin berani untuk berderma, dan menghilangnya rasa bakhil dalam diri masyarakat. Sebagai satu contoh, ada masyarakat yang secara perekonomian tidak terlalu mapan tetapi dia tidak segan-segan untuk mengeluarkan rejeki nya untuk berderma dan beribadah  ​​​​ 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3).​​ Pembahasan

Hasil penelitian diatas merupakan penelitian lapangan dengan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang berupaya memaparkan tentang tradisi nganggung yang dilaksanakan di desa adat Tua Tunu.​​ 

Setiap masyarakat tentunya memiliki agama sebagai kepercayaan yang mempengaruhi manusia sebagai individu, juga sebagai pegangan hidup. Di samping agama, kehidupan manusia juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Kebudayaan menjadi identitas dari bangsa dan suku bangsa. Suku tersebut memelihara dan melestarikan budaya yang ada. Kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia. menurut Alisyahbana; merupakan suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda-beda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.​​ 

Dalam masyarakat, baik yang kompleks maupun yang sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan lain saling berkaitan hingga menjadi suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya. Tradisi sebagai salah satu bagian dari kebudayaan menurut pakar hukum F. Geny adalah fenomena yang selalu merealisasikan kebutuhan masyarakat. Sebab yang pasti dalam hubungan antar individu, ketetapan kebutuhan hak mereka, dan kebutuhan persamaan yang merupakan asas setiap keadilan menetapkan bahwa kaidah yang dikuatkan adat yang baku itu memiliki balasan materi, yang diharuskan hukum. Kaidah ini sesuai dengan naluri manusia yang tersembunyi, yang tercermin dalam penghormatan tradisi yang baku dan perasaan individu dengan rasa takut ketika melanggar apa yang telah dilakukan pendahulu mereka.​​ 

Menurut Hardjono dalam I Nyoman Beratha memberikan ulasan singkat bahwa tradisi adalah suatu pengetahuan atau ajaran-ajaran yang diturunkan dari masa ke masa. Ajaran dan pengetahuan tersebut memuat tentang prinsip universal yang digambarkan menjadi kenyataan dan kebenaran yang relatif. Dengan demikian segala kenyataan dan kebenaran dalam alam yang lebih rendah itu adalah peruntukan (application) daripada prinsip-prinsip universal.​​ 

Sedangkan menurut Harapandi Dahri, tradisi didefinisikan sebagai berikut:

Tradisi adalah suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus-menerus dengan berbagai simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas. Awal-mula dari sebuah tradisi adalah ritual-ritual individu kemudian disepakati oleh beberapa kalangan dan akhirnya diaplikasikan secara bersama-sama dan bahkan tak jarang tradisi-tradisi itu berakhir menjadi sebuah ajaran yang jika ditinggalkan akan mendatangakan bahaya.​​ (Beratha 1982)

Tradisi-tradisi tersebut dapat disaksikan pada; ’Upacara Tawar Laut/Ketupat Laut’, ’Tahun Baru Cina’, ’Sembahyang Kubur Cina’, ’Sembahyang Pantai’, ’Kawin Massal’,Perang Ketupat’, ’Mandi Belimau’, ’Sedekah Kampung’,’Rebo Kasan’, ’Nganggung’ dan lainnya yang dilakukan di Kepulauan Bangka Belitung. Tradisi ini dilakukan sebagai pengungkapan atas rasa syukur terhadap anugerah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta, yang kental dengan nuansa keagamaan. Pewarisan tradisi tersebut dapat terjadi melalui pertunjukkan upacara adat pada suatu masyarakat.

Sejalan dengan pengertian di atas, upacara di sini merupakan sumber pengetahuan tentang bagaimana seseorang bertindak dan bersikap terhadap suatu gejala yang diperolehnya melalui proses belajar dari generasi sebelumnya dan kemudian harus diturunkan kepada generasi berikutnya.Ritual keagamaan yang dibungkus dengan bentuk tradisi ini dilakukan secara turun temurun dan berkelanjutan dalam periodik waktu tertentu, bahkan hingga terjadi akulturasi dengan budaya lokal. Seperti apa yang diperlihatkan masyarakat Bangka

Nganggung adalah suatu tradisi turun temurun yang hanya bisa dijumpai di Bangka. Karena itu tradisi nganggung dapat dikatakan salah satu identitas Bangka, sesuai dengan slogan Sepintu Sedulang, yang mencerminkan sifat kegotong royongan, berat sama dipikul ringan sama dijinjing.Nganggung atau Sepintu Sedulang merupakan warisan nenek moyang yang mencerminkan suatu kehidupan sosial masyarakat berdasarkan gotong-royong. Setiap bubung rumah melakukan kegiatan tersebut untuk dibawa ke masjid, surau atau tempat berkumpulnya warga kampung. Adapun nganggung merupakan suatu kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam rangka memperingati hari besar agama Islam, menyambut tamu kehormatan, acara selamatan orang meninggal, acara pernikahan atau acara apapun yang melibatkan orang banyak. Nganggung adalah membawa makanan di dalam dulang atau talam yang ditutup tudung saji ke masjid, surau, atau balai desa untuk dimakan bersama setelah pelaksanaan ritual agama. Makanan tersebut dibawa dengan cara di "anggung" (dipapah di bahu) menggunakan dulang yang ditutup dengan tudung saji pandan atau daun nipah khas Bangka yang warnanya semarak dengan motif yang khas pula. Itu sebabnya Kepulauan Bangka Belitung disebut juga "Negeri Sepintu Sedulang". Meski demikian, ada juga beberapa daerah yang membawa makanan tersebut dengan rantang. Meski begitu, tetap saja dinamakan nganggung karena intinya pada saat acara makan-makan bersamanya. Selain untuk menyambut dan merayakan hari-hari besar keagamaan, nganggung juga dilakukan untuk menyambut tamu kehormatan, seperti gubernur, bupati atau tamu kehormatan lainnya. Untuk menghormati tamu istimewa yang datang tersebut. Biasanya masyarakat menyambut dan menjamu tamu secara bergotong royong yaitu dengan tradisi nganggung ini. Nganggung juga sering dilakukan sebagai ungkapan turut berduka cita atas meninggalnya salah satu warga. Pada 7 hari setelah masa berkabung biasanya masyarakat juga melaksanakan ritual tahlilan yang diikuti dengan tradisi nganggung untuk menjaga solidaritas dan turut membantu yang terkena musibah. Dengan tradisi ini kita dapat menunjukkan rasa kepedulian, kebersamaan, gotong royong dan selalu menjaga serta menjalin tali kekeluargaan dan hubungan silaturrahim antara sesama. Dari ritual ini, tercermin betapa masyarakat Bangka menjujung tinggi rasa persatuan dan kesatuan serta gotong royong, bukan hanya dilaksanakan penduduk setempat melainkan juga dengan para pendatang.Jiwa gotong royong masyarakat Bangka cukup tinggi. Warga masyarakat akan mengulurkan tangannya membantu jika ada anggota warganya memerlukanya. Semua ini berjalan dengan dilandasi jiwa Sepintu Sedulang. Jiwa ini dapat disaksikan, misalnya pada saat panen lada, acara-acara adat, peringatan hari-hari besar keagamaan, perkawianan dan kematian. Acara ini lebih dikenal dengan sebutan “Nganggung”, yaitu kegiatan setiap rumah mengantarkan makanan dengan menggunakan dulang, yakni baki bulat besar. Waktu pelaksanaan nganggung biasanya bervariasi , tidak mutlak harus sama antara satu desa dengan desa yang lain , tergantung kesepakatan bersama antara penduduk desa masing-masing. Ada desa yang menyelenggarakan nganggung selepas maghrib , ada yang menyelenggarakannya jam 07.00 .Ada pula yang menyelenggarakan kegiatan ini jam 10.00 pagi , setelah paginya masyarakat bergotong royong membersihkan mesjid .Dan ada pula desa yang melakukan kegiatan nganggung ini pada jam 16.00 , setelah sholat ashar .

Di Kabupaten Bangka, upaya formal yang dilakukan terkait kegiatan nganggung ini bahkan dibentuk dalam sebuah perda bernomor 06/PD/DPRD/1971, yang disebut kegiatan sepintu sedulang.

Berdasarkan definisi budaya nganggung, di ketahui fungi dari nganggung adalah :

1.      Identitas budaya

2.      Warisan budaya yang bernilai

3.      Pembentuk perilaku sosial

4.      Sebagai terapi psikologis dalam bermasyarakat

5.      Pemersatu dalam masyarakat

6.      Manifestasi keberadaan masyarakat yang beradab.

 Dengan tradisi  ini kita dapat menunjukkan rasa solideritas , kepedulian , kebersamaan ,  gotong royong dan selalu menjaga serta menjalin tali kekeluargaan dan hubungan silaturrahim antara sesama .

 

  • SIMPULAN / SARAN​​ 

Nganggung​​ adalah suatu tradisi turun temurun yang hanya bisa dijumpai di Bangka. Karena tradisi nganggung merupakan identitas Bangka, sesuai dengan slogan Sepintu Sedulang, yang mencerminkan sifat kegotong royongan, berat sama dipikul ringan sama dijinjing.​​ 

Nganggung​​ atau Sepintu Sedulang merupakan warisan nenek moyang yang mencerminkan suatu kehidupan sosial masyarakat berdasarkan gotong-royong. Setiap bubung rumah melakukan kegiatan tersebut untuk dibawa ke masjid, surau atau tempat berkumpulnya warga kampung.  Adapun​​ nganggung​​ merupakan suatu kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam rangka memperingati hari besar agama Islam, menyambut tamu kehormatan, acara selamatan orang meninggal, acara pernikahan atau acara apapun yang melibatkan orang banyak.​​ Nganggung​​ adalah membawa makanan di dalam dulang atau talam yang ditutup tudung saji ke masjid, surau, atau balai desa untuk dimakan bersama setelah pelaksanaan ritual agama.​​ 

Dalam acara ini, setiap kepala keluarga membawa dulang yaitu sejenis nampan bulat sebesar tampah yang terbuat dari aluminium dan ada juga yang terbuat dari kuningan. Untuk yang terakhir ini sekarang sudah agak langka, tapi sebagian masyarakat Bangka masih mempunyai dulang kuningan ini. Di dalam dulang ini tertata aneka jenis makanan sesuai dengan kesepakatan apa yang harus dibawa. Kalau​​ nganggung​​ kue, yang dibawa kue,​​ nganggung​​ nasi, isi dulang nasi dan lauk pauk,​​ nganggung​​ ketupat biasanya pada saat lebaran. Dulang ini ditutup dengan tudung saji yang terbuat dari daun, sejenis pandan, dan di cat, tudung saji ini banyak terdapat dipasaran. Dulang ini dibawa ke masjid, atau tempat acara yang sudah ditetapkan, untuk dihidangkan dan dinikmati bersama. Hidangan ini dikeluarkan dengan rasa ikhlas, bahkan disertai dengan rasa bangga.

Namun dalam perkembangannya sekarang, kegiatan​​ nganggung​​ yang masih eksis dipertahankan pada saat memperingati hari besar agama Islam, dan menyambut tamu kehormatan.

Berikut ini nilai-nilai yang dapat​​ di promosikan sebagai basis pembentuk karakter Bangsa Indonesia​​ melalui tradisi nganggung yang berasal dari Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.

  • Kepedulian

  • Solidaritas​​ 

  • kedermawanan

  • Kebersamaan

  • Tanggung Jawab

  • Ketaatan ibadah​​ 

  • Gotong royong

  • Persatuan dan kesatuan​​ 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bibliography

 

Albertus, Doni Koesoema.​​ Pendidikan Karakter; Strateg Mendidik Anak di Zaman Global.​​ Jakarta: Grasindo, 2010.

Arikunto, Suharsimi.​​ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.​​ Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Asmani, Jamal Ma'mur.​​ Tuntunan Legkap Metodelogi Praktis Penelitian Pendidikan.​​ Jogjakarta: Diva Press, 2011.

Beratha, Nyoman.​​ Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa.​​ Jakarta: Ghalia , 1982.

Gunawan, Heri.​​ Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.​​ Bandung: Alfabeta, 2014.

hariyanto, Muchlas samani &.​​ Konsep dan Model Pendidikan Karakter.​​ Bandung: Rosda, 2014.

K.yin, Robert.​​ Studi Kasus Desain Dan Metode.​​ Jakarta: Raja Grafndo Persada, 2006.

Khan, D.Yahya.​​ Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri; Mendongrak Kualitas Pendidikan.​​ Yogyakarta: Pelangi Publishing, 2010.

Moleong, Lexy J.​​ Metodelogi Penelitian Kualitatif.​​ Bandung: Remaja Rosda karya, 2010.

Pinang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pangkal.​​ The City of Victory.​​ Pangkal Pinang : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pangkal Pinang.

Radmila, Samita.​​ Kearifan Lokal:Benteng Kerukunan.​​ Jakarat: Gading Inti Prima, 2013.

Salahudin, Anas.​​ Pendidikan Karakter.​​ Bandung: Pustaka Setia, 2013.

Sugiyono.​​ Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.​​ Bandung: Alfabeta, 2011.

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN​​ DOKUMENTASI

Pelaksanaan Nganggung di Masjid Raya Tua Tunu, Pangkal Pinang

IMG-20160530-WA0036.jpg

 

 

 

Dulang yang dibawa saat pelaksanaan Nganggung​​ 

IMG-20160531-WA0002.jpg

 

 

 

Masyarakat berdatangan ke Masjid untuk nganggung dengan mengikutsertakan anak-anak, sebagai pembiasaan dan melestarikan tradisi

 

IMG-20160531-WA0007.jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Masjid Raya Tua Tunu, salah satu tempat untuk melaksanakan tradisi Nganggung, di desa Tua Tunu. Kubah masjid menyerupai dulang (tutup saji)

IMG-20160531-WA0003.jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Puri Tri Agung, salah satu tempat ibadah Agama Kristen. Masyarakat Bangka hidup harmonis sekalipun dilatarbelakangi perbedaan agama​​ 

 

P_20160529_145242.jpg

 

P_20160529_143601.jpg

Peneliti melakukan wawancara ketua adat masyarakat Tua Tunu sekaligus ketua masjid Raya Tua Tunu

P_20160530_162419.jpg

 

Kebun lada, berkebun adalah salah satu mata pencaharian yang pokok bagi masyarakat Tua Tunu. Umumnya masyarakat enggan menjadi pegawai di desa ini lebih focus untuk berkebun

IMG-20160616-WA0047.jpgn

 

Masyarakat secara bersama-sama membawa dulang yang berisi makanan ke masjid untuk melaksanakan nganggung​​ 

 

nganggung-smkn2.jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0

Konsep Ikhlas Perspektif Islam

Konsep Ikhlas Perspektif Islam

Oleh : H. Ahmad Irfan, SS.M.Pd.I

  1. PENDAHULUAN

Sesuatu yang bersih dari campuran yang mencemarinya dinamakan sesuatu yang murni. Perbuatan membersihkan dan memurnikan itu dinamakan ikhlas. Allah SWT berfirman dalam QS An Nahl 66 :

         وَإِنَّ لَكُمْ فِى ٱلْأَنْعَٰمِ لَعِبْرَةً ۖ نُّسْقِيكُم مِّمَّا فِى بُطُونِهِۦ مِنۢ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَّبَنًا خَالِصًا سَآئِغًا لِّلشَّٰرِبِينَ

Artinya : “ dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya”.

Apabila suatu perbuatan bersih dari riya’ dan ditujukan bagi Allah SWT, maka perbuatan itu dianggap murni. (Ghazali 2013) Landasan niat yang ikhlas adalah memurnikan niat karena Allah semata. Setiap bagian dari perkara duniawi yang sudah mencemari amal kebaikan, sedikit atau banyak, dan apabila hati kita bergantung kepadanya, maka kemurniaan amal itu ternoda dan hilang keikhlasannya. Karena itu, orang yang jiwanya terkalahkan oleh perkara duniawi, mencari kedudukan dan popularitas, maka tindakan dan perilakunya mengacu pada sifat tersebut, sehingga ibadah yang ia lakukan tidak akan murni, seperti shalat, puasa, menuntut ilmu, berdakwah dan lainnya. Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ

Artinya : Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alihi wa sallam telah bersabda,”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.

Sehingga ikhlas dapat berarti memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengesakan Allah dalam beribadah kepadaNya. Ada pula yang berpendapat, ikhlas adalah pembersihan dari pamrih kepada makhluk.

B. PEMBAHASAN

Tentang pengertian ikhlas dalam ajaran islam terbagi dalam 2 sudut padang. Pengertian menurut bahasa dan pengertian berdasarkan istilah. Menurut bahasa, pengertian ikhlas artinya tulus dan bersih. Sedangkan menurut istilah, makna dan arti ikhlas adalah mengerjakan suatu kebaikan dengan semata-mata mengharap rida Allah SWT. Ikhlas ialah, menghendaki keridhaan Allah dalam suatu amal, membersihkannya dari segala individu maupun duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal, kecuali karena Allah dan demi hari akhirat. Tidak ada noda yang mencampuri suatu amal, seperti kecenderungan kepada dunia untuk diri sendiri, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan; yang intinya bukan karena Allah, tetapi karena sesuatu; maka semua ini merupakan noda yang mengotori keikhlasan.

Beberapa pendapat para ulam mengenai Ikhlas dapat dijelaskan dibawah ini :

Al Susi mengatakan , ikhlas itu berarti tidak melihat ikhlas. Siapa yang menyaksikan ikhlas dalam ikhlasnya, maka ikhlasnya membutuhkan ikhlas (pemurnian).

Al Junayd berkata “ Ikhlas berarti memurnikan amal dari kekeruhan-kekeruhan.

Al Fudhayl berkata “ Meninggalkan suatu amal karena manusia adalah ria, dan mengerjakan suatu amal karena manusia adalah syirik, dan ikhlas ialah bila Allah membebaskan dari keduanya.

Hakikat Niat

Landasan niat yang ikhlas adalah memurnikan niat karena Allah semata. Setiap bagian dari perkara duniawi yang sudah mencemari amal kebaikan, sedikit atau banyak, dan apabila hati kita bergantung kepadanya, maka kemurniaan amal itu ternoda dan hilang keikhlasannya. Karena itu, orang yang jiwanya terkalahkan oleh perkara duniawi, mencari kedudukan dan popularitas, maka tindakan dan perilakunya mengacu pada sifat tersebut, sehingga ibadah yang ia lakukan tidak akan murni, seperti shalat, puasa, menuntut ilmu, berdakwah dan lainnya. Rasulullah Saw telah memperingatkan dalam hadist berikut ini :

رُبَّ صائمٍ لَيسَ لَهُ مِنْ صِياَمِهِ إِلاَّ الجُوْعِ وَرُبَّ قاَئِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إلاَّ السهْرِ (رواه ابن ماجة)

Artinya “Banyak orang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar.Banyak orang bangun shalat malam, tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali keterjagaan saja”.

Untuk itu setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi bila amal ibadah dapat diterima Allah Swt, yaitu dalam melakukan amal yang dituju hanya ingin mencapai ridha Allah dan dalam melakukan amal ibadah harus mengikuti ketentuan yang diberikan Allah dalam Al qur’an dan hadist Rasulullah dalam sunahnya. Apabila salah satu dari dua syarat tersebut tidak dipenuhi, maka amal ibadah tidak akan dikatakan amal shalih, amal ibadah tidak diterima Allah Swt, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt berikut ini :

Artinya: “ Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah Swt hanya menerima “amal shalih” yang dilakukan dengan ikhlas hanya karena Allah Swt, bukan karena motivasi lain. Yang dimaksud “amal shalih” itu sendiri adalah semua amalan yang sesuai dengan ketentuan syara’. (al-‘Awayisyah 2015)

Setiap amal ibadah harus didahului dengan niat, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

إِنَّمَا الأَعْماَلُ باِلنِّيَّاتِ وَإِنَّماَ لِكُلِّ امرِئٍ مَانَوَى. فَمنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلىَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهجْرَتُهُ وَرسوله. ومنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْياَيُصِيْبها أوِامرأةٍيَنْكِحُهاَ فهجرته إلى ماهجر إليهِ

Artinya “Sesungguhnya seluruh amal ibadah bergantung pada niatnya, bagi setipa orang apa yang ia niatkan. Siapa Hijranya adalah karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya karema Allah dan Rasul. Sedangkan siapa hijrahnya adalah karena dunia yang ia ingin miliki atau perempuan yang ia ingin nikahi, maka hijrahnya karena hal itu”.

Diriwayatkan bahwa sebab keluarnya sabda nabi ini adalah: seseorang laki-laki berhijrah dari Mekkah ke Madinah demi seorang wanita berjuluk Umm Qays yang ia cintai. Orang inipun dijuluki muhajir umm Qays. Inilah mengapa yang disebut dalam hadis adalah wanita yang ingin ia nikahi.

Kata “niat” dalam istilah orang Arab hampir sinonim dengan “kehendak” (qashd) dan “keinginan” (iradah). Niat adakalanya dipahami sebagai salah satu macam keinginan, dan adakalanya dipahami semakna dan keinginan. Akan tetapi sebagian berpendapat niat itu lebih spesifik dari keiginan, karena keinginan itu berkaitan dengan perbuatan sendiri ataupun perbuatan orang lain, sedangkan niat niat hanya berkaitan dengan perbuatan sendiri. (Nahrowi 2011)

Agar niat memenuhi harapan, maka niat harus dilakukan dengan tulus ikhlas karena Allah semata. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Swt Qs Al Bayyinah: 5 berikut :

              وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ

Artinya :” Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”

Niat, iradat, dan kehendak adalah kata-kata yang mempunyai satu makna, yakni keadaan dan sifat hati yang mengandung kaitan antara ilmu (pengetahuan) dan amal. Pengetahuan seperti pendahuluan dan syarat. Sedang amal mengikutinya. Niat yang berart keinginan berada di tengah-tengah pengetahuan yang mendahului dan amal yang mengikuti. Seseorang mengetahui sesuatu maka tibullah keinginan untuk melakukan apa yang ia ketahui. Allah Swt hanya melihat hati. Artinya, Dia lihat niat dalam hati. Niat adalah ruh amal. Seperti jasad tidak bernilai tanpa ruh, demikian pula amal, ia tidak bernilai tanpa niat. Kalau saja tempat niat bukan di hati, nilai hati tidak diketahui. Niat juga pengendali hati.

Rasulullah Saw bersabda, “Niat seorang Mukmin lebih baik daripada amalnya dan niat seorang fasik lebih buruk dari amalnya”. Para ulama berbeda pendapat mengenai hadist ini, ada yang berpendapat bahwa niat adalah amalan yang tersembunyi, sedangkan amal dapat dilihat pula oleh makhluk. Ada juga yang berpendapat Allah Swt mengaruniakan niat kepada seorang hamba dalam keaadaan murni, sedangkan amal dikaruniakan dengan keadaan tidak suci. Sebagian ulama berpendapat mengenai hadist tersebut bahwa niat seorang hamba untuk melakukan amal shaleh, tetapi karena satu dan lain hal, ia tidak sempat melakukan nya, adalah lebih baik daripada amal tanpa niat. (Makki 2015)

Hakikat Ikhlas

Kesungguhan dan keikhlasan adalah wujud iman dan Islam. Penganut agama Islam terbagi dua: mukmin dan munafik. Keduanya dibedakan oleh kesungguhan, sebab dasar kemunafikan adalah kepura-puraan. Ikhlas merupakan inti ajaran Islam, sebab, islam berarti berarti pasrah atau berserah diri kepada Allah, bukan yang lain. Dasar Islam adalah kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah. Kesaksian ini meniscayakan kedudukan hanya kepada-Nya semata dan tidak kepada selainnya. Allah Swt berfirman :

85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.

Ikhlas sering diartikan tidak ria dalam beramal. Ria adalah salah satu perwujudan sifat nifak (munafik), yaitu berusaha menampilkan suatu sikap yang bertentangan dengan kenyataannya. Lawan Ria adalah Ikhlas atau ketulusan hati yang merupakan dasar keberagamaan. Ikhlas berarti berlaku dan bersikap selaras dengan iman.

Perbuatan seseorang pada dasarnya terbagi dua : lahir dan batin. Perbuatan batin adalah aktivitas kalbu yang tak mungkin dirasuki perbuatan ria, sebab orang lain tidak mungkin melihat atau mengetahui aktivitas kalbu seseorang kecuali jika diceritakan agar dihormati, dikagumi, dan dipatuhi orang lain. Maksud hina ini dimaksudkann untuk mengambil keuntungan dan menghindari kerugian. Perbuatan lahir juga terbagi dua : aktivitas yang bisa dirahasiakan dan aktivitas yang tak bisa dirahasiakan. Kedua aktivitas ini sangat rentan dengan ria. Adapun motivasi hawa nafsu terhadap ria adalah memperoleh penghormatan, mendapatkan keuntungan, dan mencegah kerugian. Inilah motivasi dibalik ria yang kerap merusak amal orang-orang shaleh. Hawa nafsu telah membutakan mata batin, sehingga mereka tidak bisa mengenali ria. Sebagian besar manusia tidak dapat mendeteksi ria karena sangat halus. Besarnya hawa nafsu dapat membutakan mata hati dan merusak aktivitas kalbu, berbeda dengan maksiat lahiriah yang terlihat jelas dan mudah dirasakan sehingga semua orang dapat mengetahuinya. (Muhasibi 2013)

Masalah ikhlas merupakan masalah yang sulit, sehingga sedikit sekali perbuatan yang dikatakan murni ikhlas karena Allah. Dan sedikit sekali orang yang memperhatikannya, kecuali orang yang mendapatkan taufiq (pertolongan dan kemudahan) dari Allah. Adapun orang yang lalai dalam masalah ikhlas ini, ia akan senantiasa melihat pada nilai kebaikan yang pernah dilakukannya, padahal pada hari kiamat kelak, perbuatannya itu justru menjadi keburukan. Merekalah yang dimaksudkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

47. dan Sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan. 48. dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-olokkannya.

Membersihkan diri dari hawa nafsu yang tampak maupun yang tersembunyi, membersihkan niat dari berbagai noda, nafsu pribadi dan duniawi, juga tidak mudah. memerlukan usaha yang maksimal, selalu memperhatikan pintu-pintu masuk bagi setan ke dalam jiwa, membersihkan hati dari unsur riya’, kesombongan, gila kedudukan, pangkat, harta untuk pamer dan lainnya. Sulitnya mewujudkan ikhlas, dikarenakan hati manusia selalu berbolak-balik. Setan selalu menggoda, menghiasi dan memberikan perasaan was-was ke dalam hati manusia, serta adanya dorongan hawa nafsu yang selalu menyuruh berbuat jelek. Karena itu kita diperintahkan berlindung dari godaan setan. Allah berfirman,

Artinya : Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al A’raf : 200].

Jadi, solusi ikhlas ialah dengan mengenyahkan pertimbangan-pertimbangan pribadi, memotong kerakusan terhadap dunia, mengikis dorongan-dorongan nafsu dan lainnya. Dan bersungguh-sunguh beramal ikhlas karena Allah, akan mendorong seseorang melakukan ibadah karena taat kepada perintah Allah dan Rasul, ingin selamat di dunia-akhirat, dan mengharap ganjaran dari Allah.

Upaya mewujudkan ikhlas bisa tercapai, bila kita mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan jejak Salafush Shalih dalam beramal dan taqarrub kepada Allah, selalu mendengar nasihat mereka, serta berupaya semaksimal mungkin dan bersungguh-sungguh mengekang dorongan nafsu, dan selalu berdo’a kepada Allah Ta’ala.

Di dalam Al Qur`an dan Sunnah banyak disebutkan perintah untuk berlaku ikhlas, kedudukan dan keutamaan ikhlas. Ada disebutkan wajibnya ikhlas kaitannya dengan kemurnian tauhid dan meluruskan aqidah, dan ada yang kaitannya dengan kemurnian amal dari berbagai tujuan. Yang pokok dari keutamaan ikhlas ialah, bahwa ikhlas merupakan syarat diterimanya amal. Sesungguhnya setiap amal harus mempunyai dua syarat yang tidak akan di terima di sisi Allah, kecuali dengan keduanya. Pertama. Niat dan ikhlas karena Allah. Kedua. Sesuai dengan Sunnah; yakni sesuai dengan KitabNya atau yang dijelaskan RasulNya dan sunnahnya. Jika salah satunya tidak terpenuhi, maka amalnya tersebut tidak bernilai shalih dan tertolak, sebagaimana hal ini ditunjukan dalam firmanNya:

وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun dengan Rabb- nya. [Al Kahfi : 110].

Di dalam ayat ini, Allah memerintahkan agar menjadikan amal itu bernilai shalih, yaitu sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, kemudian Dia memerintahkan agar orang yang mengerjakan amal shalih itu mengikhlaskan niatnya karena Allah semata, tidak menghendaki selainNya. Berikut ini tingkatan manusia yang ikhlas dalam beribadah : (: http://definisi-dalil-dan-pendapat-ulama.html#ixzz45em5M1gg 2011)

  1. Iklhas Mubtadi’ : Yakni orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam hatinya terbesit keinginan pada dunia. Ibadahnya dilakukan hanya untuk menghilangkan kesulitan dan kebingunan. Ia melaksanakan shalat tahajud dan bersedekah karena ingin usahanya berhasil. Ciri orang yang mubtadi’ bisa terlihat dari cara dia beribadah. Orang yang hanya beribadah ketika sedang butuh biasanya ia tidak akan istiqamah. Ia beribadah ketika ada kebutuhan. Jika kebutuhannya sudah terpenuhi, ibadahnyapun akan berhenti.
  2. Ikhlas Abid : Yakni orang yang beramal karena Allah dan hatinya bersih dari riya’ serta keinginan dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena Allah dan demi meraih kebahagiaan akhirat, menggapai surga, takut neraka, dengan dibarengi keyakinan bahwa amal ini bisa menyelamatkan dirinya dari siksaan api neraka. Ibadah seorang abid ini cenderung berkesinambungan, tetapi ia tidak mengetahui mana yang harus dilakukan dengan segera (mudhayyaq) dan mana yang bisa diakhirkan (muwassa’), serta mana yang penting dan lebih penting. Ia menganggap semua ibadah itu adalah sama.
  3. Ikhlas Muhibb : Yakni orang yang beribadah hanya karena Allah, bukan ingin surga atau takut neraka. Semuanya dilakukan karena bakti dan memenuhi perintah dan mengagungkan-Nya.
  4. Ikhlas Arif, yaitu orang yang dalam ibadahnya memiliki perasaan bahwa ia digerakkan Allah. Ia merasa bahwa yang beribadah itu bukanlah dirinya. Ia hanya menyaksikan ia sedang digerakkan Allah karena memiliki keyakinan bahwa tidak memiliki daya dan upaya melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan.

Perkataan Para Ulama Tentang Ikhlas

“Ikhlas adalah inti amal dan penentu diterima-tidak-nya amal di sisi Allah yang maha tahu. Amal tanpa ikhlas bagaikan kelapa tanpa isi, raga tanpa nyawa, pohon tanpa buah, awan tanpa hujan, anak tanpa garis keturunan, dan benih yang tidak tumbuh”

Syekh Abu Thalib al-Makki

“Dalam beramal di dunia ini, janganlah kamu meninggalkan keikhlasan karena Allah Semata. Amal ikhlaslah yang akan mendekatkanmu kepada-Nya dan memutuskanmu dari selain-Nya”

Imam al-Junayd al-Baghdadi

“ Setiap amal tanpa keikhlasan ibarat kulit biji yang tak berisi, ibarat keranda tak bernyawa, dan ibarat gambar tak bermakna”

Syekh Abdul Qadir al-Jaylani  

“Betapa banyak amal kecil menjadi besar karena niat. Dan betapa banyak pula amal besar menjadi kecil gara-gara niat”

Abdullah bin Mubarak

“Amalan yang dilakukan tanpa disertai ikhlas dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagaikan seorang musafir yang membawa bekal berisi pasir. Bekal tersebut hanya memberatkan, namun tidak membawa manfaat apa-apa”

Ibnul Qayyim

“Ikhlas dalam beramal karena Allah ta’ala merupakan rukun paling mendasar bagi setiap amal salih. Ia merupakan pondasi yang melandasi keabsahan dan diterimanya amal di sisi Allah ta’ala, sebagaimana halnya mutaba’ah (mengikuti tuntunan) dalam melakukan amal merupakan rukun kedua untuk semua amal salih yang diterima di sisi Allah”

Syaikh Ibrahim Ar Ruhaili

“Meninggalkan suatu amal karena orang lain adalah riya’. Sedangkan beramal karena orang lain adalah syirik. Adapun ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya”

Fudhail bin Iyadh

C. KESIMPULAN

Ilmu ikhlas adalah ilmu yang lain dari yang lain. Orang yang merasa mendapatkannya boleh jadi telah kehilangannya pada saat yang sama. Orang yang mengklaim memahaminya dengan mahir berarti dia tidak menguasainya. Dan orang yang mengaku-aku bisa mengajarkannya adalah orang yang masih perlu belajar lagi tentangnya.

Menyerahkan diri kepada tuhan. Menjalani hidup hanya untuk-Nya di semua bidang kehdupan. Itulah inti ikhlas-ruh segala amal. Setidaknya ada lima aspek ikhlas yang harus ditempuh bagi seorang muslim: (1) ikhlas dalam arti pemurnian agama dari agama-agama lain, (2) ikhlas dalam arti pemurnian ajaran agama dari hawa nafsu, (3) ikhlas dalam arti pemurnian amal dari bermacam-macam penyakit dan noda yang tersembunyi, (4) ikhlas dalam arti pemurnian ucapan dari kata-kata bathil, dan kata-kata bualan, dan (5) ikhlas dalam arti pemurnian akhlak dengan mengikuti apa yang di ridhai tuhan sang pemilik jiwa.

Niat, iradat, dan kehendak adalah kata-kata yang mempunyai satu makna, yakni keadaan dan sifat hati yang mengandung kaitan antara ilmu (pengetahuan) dan amal. Pengetahuan seperti pendahuluan dan syarat. Sedang amal mengikutinya. Niat yang berart keinginan berada di tengah-tengah pengetahuan yang mendahului dan amal yang mengikuti. Seseorang mengetahui sesuatu maka tibullah keinginan untuk melakukan apa yang ia ketahui. Allah Swt hanya melihat hati. Artinya, Dia lihat niat dalam hati. Niat adalah ruh amal. Seperti jasad tidak bernilai tanpa ruh, demikian pula amal, ia tidak bernilai tanpa niat. Kalau saja tempat niat bukan di hati, nilai hati tidak diketahui. Niat juga pengendali hati.

Bibliography

: http://definisi-dalil-dan-pendapat-ulama.html#ixzz45em5M1gg. April Selasa, 2011. : http://cafe-islamicculture.blogspot.com/2011/10/definisi-dalil-dan-pendapat-ulama.html#ixzz45em5M1gg (accessed April Selasa, 2016).

al-‘Awayisyah, Husein. Ikhlas Kunci Utama Diterimanya Amal Ibadah. Jakarta: Al Mawardi Prima, 2015.

Ghazali, Al. Terjemahan Ringkas Ihya’ Ulumuddin. Gresik: Al Furqon, 2013.

Makki, Syekh Abu Thalib al. Rahasia Ikhlas. Jakarta: Zaman, 2015.

Muhasibi, Al Harits Al. Belajar Ikhlas. Jakarta: Zaman, 2013.

Nahrowi, Izza Rohman. Ikhlas Tanpa Batas. Jakarta: Zaman, 2011.